Empat belas tahun yang lalu.
Kau ingat, di kota tercinta kita terjadi musibah luar biasa? Ah...kuharap kau mengingat kejadian itu. Kejadian yang menyebabkan dirimu akhirnya kembali lagi ke kampung halamanmu. Meski tak lagi menemuiku.
Ya gempa Jogja. 27 Mei 2006. Dengan kekuatan 5,9 Skala Richter selama 57 detik.Â
Pagi hari yang tenang, tiba-tiba kudengar suara deru yang cukup keras. Waktu itu aku akan mengantar ibu ke pasar Wage. Membeli makanan khas yang pasti juga kau rindukan, puli-tempe, kicikan, dan lainnya.Â
Waktu itu aku di depan rumah menunggu ibu yang tengah bersiap ke pasar. Seolah ada suara truk besar lewat di perkampungan tempatku tinggal. Sangat keras suaranya. Setelah beberapa detik barulah kusadar bahwa ada gempa saat itu. Kulihat pohon jati di depan rumah bergoyang beberapa saat.
Pastilah saat itu kau sudah tak ada di bumi hanadayani kita. Kau telah kembali ke tempat tugasmu, sebagai abdi negara, setelah terjadi perselisihan denganku. Ah...bukan. Bukan perselisihan. Tepatnya kesalahpahaman.
**
Saat bumi Jogja diguncang gempa yang cukup besar dan orang di perantauan banyak yang pulang kampung untuk menemui sanak saudara, sebenarnya kunantikan kabar darimu. Tapi tak kau tahu itu. Dan aku tak lagi perlu mengomunikasikan denganmu.
Ya semua terasa tak mungkin.Â
Tahukah kau? Karena kesalahpahaman denganmu dan sulitnya aku melupakanmu, bahkan gempa susulan yang cukup menakutkan di Jogja saat itu, tak membuatku takut.
Entah kekuatan apa. Atau mungkin aku putus asa dengan keadaanku?Â