Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyesalan Seorang Ibu

26 Mei 2020   08:57 Diperbarui: 26 Mei 2020   08:55 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang manusia yang telah dewasa pastinya memikirkan untuk hidup berumah tangga. Karena memang pada dasarnya manusia diciptakan berpasang-pasangan. Hanya perkara waktu saja jodoh itu akan hadir.

Manusia hanya berkeinginan, berharap dan berdoa agar semua berjalan sesuai mimpi. Allah yang menentukan terkabul tidaknya keinginan itu. Yang jelas Allah terkadang tidak langsung mengabulkan doa hambaNya. Allah menguji kesabaran dan menentukan waktu terbaik untuk mengabulkan doa seorang hamba.

Tak semua harapan juga diijabah olehNya. Allah Maha Tahu. Dia Tahu apa yang manusia butuhkan sehingga Dia berikan kebutuhan itu. Bukan memberikan sesuatu yang manusia inginkan. Karena yang baik menurut manusia, belum tentu baik di Mata Allah.

Demikian juga tentang jodoh. Ketika bertemu dengan seorang yang cocok di hati ternyata belum tentu berjodoh. Ada saja hal yang bisa memisahkan hubungan tali kasih jika memang tak berjodoh. Namun di lain cerita, terkadang Allah memberikan kemudahan jodoh, entah tetangga, teman kerja atau lainnya. Tak direncanakan namun jodoh tak ke mana.

Jika berjodoh maka bisa lanjut ke hubungan yang lebih serius. Lamaran dan menikah. Dengan berbagai persiapan. Entah disesuaikan dengan adat istiadat ataukah tidak.

Lalu proses berlanjut ke kehidupan sehari-hari sebagai pasangan suami istri. Dengan segala kejadian baik suka maupun duka. Kesemuanya menguji kesetiaan pasangan. 

Pernikahan yang telah dilangsungkan pasti membawa harapan untuk kelanjutan keturunan. Ya mereka yang menikah mengharapkan kehadiran anak untuk lebih mempererat kasih sayang. 

Terkadang ada yang dimudahkan untuk perkara keturunan ini. Namun ada juga pasangan yang harus mati-matian untuk mendapatkannya. Dengan terapi atau jalan medis lainnya demi kehadiran buah hati.

Setelah buah hati hadir ke dunia, rona bahagia menyelimuti pasangan beserta keluarga besar. Ya. Anak menjadi salah satu melanggengkan kebahagian rumah tangga.

Dalam perjalanannya, ketika memiliki buah hati ada saja yang dialami oleh pasangan suami istri. Dari hal positif dan negatif pasti ada. 

Menjadi ibu dan ayah muda tidaklah mudah. Bahkan ketika pasangan itu telah mengarungi kehidupan rumah tangga berpuluh tahun, hambatan akan selalu ada.

Nah ketika merawat anak dari dalam kandungan hingga dewasa, dari hati seorang ibu bisa muncul rasa yang tak biasa. Sebenarnya bukan karena tidak bersyukur namun rasa menyesal menjadi ibu terkadang juga ada.

Tentu bukan menyesal secara lahiriah. Bagaimanapun semua perempuan pasti akan bangga ketika menjadi sosok ibu. Sosok yang kehadirannya bagaikan bidadari bagi anak-anak.

Penyesalan itu bisa terjadi karena perempuan ---ibu--- merasa gagal dalam menjaga dan merawat anak. Misalnya saja, ketika masih bayi ternyata ibu khilaf hingga bayinya jatuh dari tempat tidur. Atau berbagai kejadian seperti anak terbentur, terluka dan sebagainya

Semua kejadian pilu anak akan membuat ibu sangat sedih dan sangat menyesal. Kenapa dia tidak bisa membantu, kenapa dia bisa lalai dan sebagainya. Pertanyaan lain juga bisa muncul akibat dari penyesalan atas ketakberdayaannya sebagai ibu

Ya ibu meski multitasking, ternyata juga tidak sempurna. Baik dalam mendidik, mengasuh dan membesarkan buah hati. 

Perasaan bersalah dan menyesal atas suatu kejadian yang menimpa anak memang boleh saja muncul. Namun jangan sampai berlebihan. Dampaknya akan buruk jika terlalu negative thinking atas ketakberdayaannya sebagai ibu.

Perempuan yang berstatus sebagai ibu harus menyadari bahwa dirinya tak sempurna. Dia butuh dibantu oleh semua orang yang berada di sekelilingnya. Dukungan moril dan spiritual sangat berarti bagi kaum Hawa ini.

Orang-orang di sekelilingnya harus membantu agar ibu bisa berperan maksimal dalam kesehariannya. Terutama suaminya. Dia harus benar-benar menjadi partner yang baik dalam membesarkan anak. Jangan bebankan peran membesarkan dan mendidik anak kepada sosok ibu. Mendidik dan membesarkan anak adalah tanggung jawab bersama antara suami dan isteri.

Pasangan yang baik adalah pasangan yang saling melengkapi satu sama lain. Bila suami kurang dalam hal tertentu maka isteri bisa menutupi. Begitu juga sebaliknya. Bukan malah terus menjatuhkan dan menghakimi kesalahan atau kekurangannya. 

Penyesalan ibu dalam keterbatasannya boleh saja terjadi namun jangan sampai menjadikannya depresi. Kebahagiaan seorang ibu akan berdampak positif bagi tumbuh kembang anak.

Nah jika menginginkan anak tumbuh kembang secara normal, minimalkan penyesalan ibu karena ketidaksempurnaannya. Kerjasama dan saling pengertian saja, nanti semua akan terasa lebih mudah dijalani.

--

Lekas pulih, Raf. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun