Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Opah Merajuk, Ajarkan Anak Solid dengan Orang yang Lebih Tua

9 Mei 2020   00:48 Diperbarui: 9 Mei 2020   01:02 2547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Opah Merajuk dari channel Upin dan Ipin/Youtube. Dokpri

Semenjak memiliki buah hati, nyaris jarang sekali saya menikmati film nasional, internasional dengan genre roman atau lainnya. Saya lebih banyak menikmati film kartun sampai saat ini. 

Faktor kelelahan menjadikan saya setengah-setengah menonton film yang sedang tenar. Untuk ke bioskop rasanya juga terlalu jauh. Harus menempuh waktu 1 hingga 2 jam. Maklum di kabupaten tempat tinggal saya tak ada bioskop. Jadi harus ke Jogja.

Mengutamakan anak lebih saya pilih meski akhirnya saya yang dulunya gaul, jadi kuper. Heheh.

Tak apa. Menonton film apapun pasti tujuannya sama, agar otak lebih fresh setelah lelah dengan rutinitas harian. Jadi menonton film kartun bersama anak pun oke. 

Menikmati film kartun dari Dora Emon hingga Upin dan Ipin sejak memiliki anak pertama tahun 2009. Menginjak usia satu tahunan si sulung begitu dekat dengan film Upin dan Ipin yang diputar di salah satu stasiun televisi bakda Maghrib.

Intro musik Upin dan Ipin membuat si sulung langsung berlari ke arah televisi. Dengan khusyuk dia menonton Upin dan Ipin bersama simbah kakung dan simbah utinya.

Saking senangnya dengan kartun produksi negeri jiran ini, sang bapak mendownloadkan kartun ini. Lalu diputar ulang dengan laptop. Alhasil si sulung hafal dengan kisah Upin dan Ipin. 

Selain itu si sulung kalau berbicara bukan medok Jawa seperti bapak ibunya. Dia bicara dengan khas bahasa Melayu. Menirukan dialog dalam film Upin dan Ipin. Sampai-sampai ketika si sulung masuk TKIT, ustadzah atau gurunya menanyakan asal usul orangtuanya.

"Bapaknya orang mana ya, bun?" tanya ustadzah si sulung.

"Ya orang GK, bu..."

"Kok bicaranya bisa seperti itu. Saya penasaran, bun.."

Ya itulah dahsyatnya film kartun bagi si sulung. Bicara ala Upin dan Ipin bertahan sampai SD. 

Apa yang dipelajari anak dari film kartun Upin dan Ipin?

Film anak, seperti dongeng dan sebagainya pasti memiliki pesan bagi anak untuk berbuat baik kepada sesama dan sang Pencipta. Nah begitu juga dari film kartun Upin dan Ipin.

Kisah persahabatan yang diwarnai pertengkaran, keriangan, kekompakan begitu lekat dalam film ini. Selain itu pesan agama juga cukup bagus untuk anak. Bagaimana ketaatan dalam beribadah dan menghormati pemeluk agama lain diajarkan dengan bagus.

Rasa solidaritas sangat kental dalam persahabatan Upin dan Ipin beserta teman-temannya. Bahkan kepada orang yang lebih tua pun diamanatkan dalam film ini.

Dari sekian seri kartun Upin dan Ipin, judul yang sangat mengedepankan solidaritas dengan orang yang lebih tua adalah Opah Merajuk.

Dalam kbbi online, solidaritas/so*li*da*ri*tas/ n sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dan sebagainya); perasaan setia kawan: -- antara sesama anggota sangat diperlukan.

Rasa solidaritas seperti apakah yang dikisahkan dalam Opah Merajuk?

Jika menyaksikan Opah Merajuk dalam 3 seri, kita akan menyaksikan kesedihan Upin dan Ipin yang dicueki atau tak dipedulikan Opahnya.

Berawal dari kegiatan mancing Upin dan Ipin bersama Atok Dalang. Mereka mendapatkan ikan besar yang ternyata di dalam perut ikan terdapat telur ikan. Oleh Kak Ros telur ikan digoreng dan disisakan untuk Opah sesuai pesan sang Opah.

Namun Upin dan Ipin menghabiskan telur ikan goreng jatah opah pada malam hari. Opah kecewa. Akhirnya beberapa hari tidak selera makan. Karenanya Upin dan Ipin yang selalu dekat dan disayangi Opah merasa sedih.

Berbagai cara untuk meminta maaf kepada opah. Mulai dari mengungkapkan ide teman-temannya ---untuk membeli telur ikan di pasar--- kepada Kak Ros. Kak Ros menolak dan menyuruh Upin dan Ipin untuk memancing lagi.

Singkat cerita, Upin dan Ipin dengan ditemani Atok Dalang memancing. Namun hasilnya nihil. Mereka sangat sedih ketika sampai rumah, ember tak terisi ikan. Mereka menyesal karena telah berani mengambil hak Opah. Mereka merasa bahwa penyesalannya percuma, Opah tidak menyayangi lagi Upin dan Ipin.

Di saat Upin dan Ipin sedih barulah Opah bicara dengan kedua cucunya. Reaksi Upin dan Ipin tentunya bahagia. Berulang kali mereka memastikan kalau Opah tidak marah.

Di seri ketiga ini baru diketahui alasan Opah sampai tak memedulikan Upin dan Ipin. Opah dan Kak Ros menyusun rencana untuk memberi pelajaran bagi Upin dan Ipin agar tidak mengambil hak orang lain.

Membuat jera, itulah yang dilakukan kepada Upin dan Ipin. Tentu Upin dan Ipin sudah merasakan hukuman dan tidak mengulangi perbuatannya karena kasih sayang Opah itu lebih utama.

Film Opah Merajuk ini saya nilai sebagai seri Upin dan Ipin yang paling mengharukan. Keceriaan khas Upin dan Ipin tidak terlihat. Mereka selalu murung jika mengingat sikap dingin Opah.

Namun dari sini anak juga belajar peka, menghormati dan bisa merasakan hukuman. Dunia anak memang penuh keceriaan namun sesekali untuk merasakan kebahagiaan juga harus melalui peristiwa yang menyedihkan.

Saya yakin orangtua yang sering mendampingi buah hati menonton Upin dan Ipin pasti hafal dengan berbagai serinya, termasuk Opah Merajuk.

Penasaran dengan Opah Merajuk? Saksikan di sini:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun