Beberapa malam ini saya dan warga kampung merasa was-was di setiap malam hari. Bahkan ketika masih dalam kondisi berbuka puasa dan mau shalat Maghrib pun kondisi "horor" sudah terasa.
Suara kentongan yang nyaring di dusun sebelah terdengar bersahut-sahutan. Sungguh membuat hati para warga tak tenang.Â
Suara kentongan yang nyaring itu pertanda ada "samar-samar". Sebuah istilah di lingkungan kami kalau ada orang yang mencurigakan dan berniat untuk maling di rumah warga.
Sungguh ini cobaan berat di bulan Ramadan. Di mana bulan ini umat muslim beribadah puasa dan menjalankan amalan sholih dalam masa pandemi covid 19. Akan tetapi orang yang tak bertanggungjawab memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kejahatan.
Suasana sungguh meneror warga. Seharusnya warga berdiam diri di rumah karena dalam masa pandemi. Kenyataannya tak bisa melakukan himbauan pemerintah. Beribadah pun tak lagi tenang. Astaghfirullah.
Warga harus berjaga dan beronda demi keamanan lingkungan di setiap malam hingga dini hari. Para ibu di rumah merasa sangat takut dan khawatir.
Entah apa yang merasuki orang-orang yang berniat jahat. Mencongkel warung, rumah warga, mengambil ayam dan sebagainya. Seakan tak ada hati. Ya mungkin memang mereka benar-benar tak punya hati. Hanya memikirkan diri sendiri.
Saat malam tiba, semalaman kami ngerti dawane bengi, merasakan lamanya malam. Dengan harap-harap cemas, dan doa dalam hati agar semua aman terkendali.Â
Di sisi lain, para ibu merasa kalut ketika sang suami ternyata harus bekerja di luar kota. Mengeluh lewat WAG kampung pun terasa. Ya semua menjadi takut dan khawatir.
Di saat pandemi covid 19 masih belum berakhir, tambah lagi berita tentang maling. Hingga para bapak di kampung ketika ronda pun membawa gaman macam-macam. Ya seperti akan perang saja.Â
Kalau zaman penjajahan jelas bangsa lain yang menjadi musuh. Nah kalau sekarang, musuhnya orang Indonesia sendiri yang tidak memiliki karakter baik dan jelas tidak Pancasilais. Menginginkan sesuatu tetapi cara untuk mendapatkan keinginan adalah dengan cara yang haram dan merugikan sekaligus meresahkan orang lain.
Kami tahu dan sadar, seharusnya tak panik mendengar suara kentongan dan "samar-samar". Seharusnya kami lebih khusyuk beribadah, berdoa dan mengamalkan amalan yang baik agar hati tenang.
"Tenang bapak ibu, tidak usah panik. Baca ayat kursi dan 3 Qul (qulhuwalloh, qul a'udzu birobilfalaq, qul a'udzubirobinas). Stay at home dan buat tadarus Alquran dengan keluarga serta perbanyak istighfar."Â
Itu pesan dari salah satu pengurus pondok di dusun kami.Â
Doa, disertai usaha para bapak untuk bersiaga di beberapa titik perbatasan dusun, serasa melakukan lockdown. Lockdown untuk mencegah masuknya maling ke dusun kami.Â
Ah... Semoga selalu aman dusunku agar kami bisa tenang bekerja di rumah dan beribadah sehingga bisa meraih kemenangan di hari raya Idul Fitri. Seraya berdoa agar orang-orang yang memiliki niat buruk, bisa segera bertaubat dan menyadari kekeliruannya. Juga berdoa agar masa pandemi covid 19 segera berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H