Hari kedua Ramadan akan kita lalui hari ini. Ada banyak hal yang patut disyukuri. Setidaknya bulan ini kita dikaruniai kesehatan di tengah pandemi covid 19.
Sungguh cukup berat Ramadan tahun ini. Semua  siswa harus belajar di rumah, pendidik mengajar dari rumah, begitu juga orang yang memungkinkan bekerja dari rumah.
Semoga saja semua diberi kekuatan, kesehatan dan kelancaran dalam segala urusan. Bagi yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Berdoa agar pandemi ini segera berakhir.
Kekuatan dimiliki manusia jika tubuhnya sehat yang pada akhirnya akan memperlancar semua aktivitas. Itu sangat utama. Bukan harta atau tahta. Percuma memiliki harta dan tahta jika tubuh tak sehat.
Akan tetapi tubuh yang sehat akan mempermudah manusia dalam mengais rezeki yang telah dipersiapkan oleh Allah. Manusia tinggal berusaha untuk mendapatkannya.
Ada banyak hal untuk menjaga kesehatan. Makan makanan bergizi, mengonsumsi buah, sayuran, vitamin, olahraga teratur. Selain itu, ciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok.
Seperti yang diketahui bahwa merokok sangat tidak baik untuk kesehatan. Saya lansir dari web Kementerian Kesehatan RI saja. Dampak dari merokok antara lain: menyebabkan kerontokan rambut; gangguan pada mata, seperti katarak; kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok; menyebabkan penyakit paru-paru kronis; merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap; menyebabkan stroke dan serangan jantung; tulang lebih mudah patah; menyebabkan kanker kulit; menyebabkan kemandulan dan impotensi; menyebabkan kanker leher rahim dan keguguran.
Sungguh menakutkan dan mengerikan dampak negatif merokok ini. Namun sayangnya di sekitar kita seringkali perokok yang tak juga menghentikan merokok. Mereka berdalih bahwa merokok atau tidak juga akan mati.
Mereka tidak menyadari bahwa orang di sekitar perokok aktif, ada juga perokok pasif. Nah perokok pasif akan mendapatkan dampak negatif sekalipun mereka tidak membeli dan merokok secara langsung.
Selama bulan Ramadan ini para perokok yang menjalankan ibadah puasa harusnya mendapatkan dan memanfaatkan kesempatan untuk berhenti merokok. Kenapa? Ya karena mereka pastinya juga ikut berpuasa, menahan lapar, haus dan merokok tentunya.
Nah ketika mereka bisa menahan puasa sejak fajar hingga Maghrib maka sudah selayaknya mereka mulai meninggalkan aktivitas merokok. Saya yakin mereka memiliki tekad kuat untuk menahan diri selama 12 hingga 13 jam tanpa rokok. Bukankah itu sebuah perjuangan yang luar biasa?
Kenapa perjuangan terhenti pada saat Maghrib tiba? Kenapa tak berlanjut saja hingga pagi dan pagi hari-hari berikutnya?
Namun sayangnya yang terjadi malah saat sahur dan waktu berbuka menjadi waktu untuk merokok. Ya saya lihat merokok seperti layaknya kebutuhan makan dan minum bagi perokok aktif itu. Merokok seolah menjadi kebutuhan primer.
Memang saat ini terjadi pergeseran tentang jenis kebutuhan manusia. Kebutuhan pokok tak lagi hanya sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sekunder atau tersier pun menjadi pokok untuk saat ini.
Okelah jika memang seperti itu adanya, harusnya malah digunakan untuk memilih dan memilah mana kebutuhan yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak diprioritaskan. Bukan semua kebutuhan bisa diprioritaskan mengingat pendapatan belum tentu cukup untuk sebulan.
Merokok bukanlah sesuatu yang harus diprioritaskan. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya. Apalagi harga rokok juga cukup mahal. Bukankah akan lebih baik jika uang ditabung untuk keperluan berhaji, memperbaiki rumah atau membeli makanan yang jelas manfaatnya?
Saya kira, mulai Ramadan ini ada baiknya menjadi waktu untuk berniat dan mewujudkan hidup sehat dengan meninggalkan budaya merokok.
Semoga semuanya menjadi lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H