Kenapa perjuangan terhenti pada saat Maghrib tiba? Kenapa tak berlanjut saja hingga pagi dan pagi hari-hari berikutnya?
Namun sayangnya yang terjadi malah saat sahur dan waktu berbuka menjadi waktu untuk merokok. Ya saya lihat merokok seperti layaknya kebutuhan makan dan minum bagi perokok aktif itu. Merokok seolah menjadi kebutuhan primer.
Memang saat ini terjadi pergeseran tentang jenis kebutuhan manusia. Kebutuhan pokok tak lagi hanya sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sekunder atau tersier pun menjadi pokok untuk saat ini.
Okelah jika memang seperti itu adanya, harusnya malah digunakan untuk memilih dan memilah mana kebutuhan yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak diprioritaskan. Bukan semua kebutuhan bisa diprioritaskan mengingat pendapatan belum tentu cukup untuk sebulan.
Merokok bukanlah sesuatu yang harus diprioritaskan. Mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya. Apalagi harga rokok juga cukup mahal. Bukankah akan lebih baik jika uang ditabung untuk keperluan berhaji, memperbaiki rumah atau membeli makanan yang jelas manfaatnya?
Saya kira, mulai Ramadan ini ada baiknya menjadi waktu untuk berniat dan mewujudkan hidup sehat dengan meninggalkan budaya merokok.
Semoga semuanya menjadi lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H