Akhirnya saya jelaskan bahwa orangtua santri tak perlu ke sekolah. Mereka cukup mencetak soft file yang telah saya kirimkan ke WAG paguyuban orangtua siswa.
Beberapa orangtua siswa mengucapkan terima kasih karena memudahkan mereka. Saya tersenyum. Untuk memotivasi ibadah siswa memang harus dipermudah.Â
Jadi soft file bisa di-print sendiri oleh orangtua. Saya yakin itu sangat membantu siswa yang tingkat kesadaran ibadahnya masih pasang surut. Bahkan orang dewasa pun terkadang juga mengalami hal yang serupa.
Siswa SD masih perlu dibimbing dan dimotivasi dengan BKR. BKR itu nantinya akan sangat berkesan bagi siswa di masa dewasanya. Bagaimana mereka mengisi beragam kegiatan di bulan Ramadan dan meminta tanda tangan imam shalat tarawih dan subuh, ustadz saat buka bersama dan sebagainya.Â
Ya seperti pengalaman orangtuanya dahulu, saat masih SD. Mereka akan merasakan keseruan ketika mengisikan puasa penuh pada tabel puasa mereka. Ada rasa puas dan bahagia jika bisa puasa sehari penuh.
Ya memang keseruan ibadah puasa tahun ini sangat beda. Keseruan hanya mereka rasakan bersama keluarga. Namun saya yakin itu akan tetap berkesan bagi hati mereka yang saat ini merasakan dampak dari pandemi covid 19.
BKR hanya berupa buku panduan tipis untuk beribadah puasa namun tak harus hilang dari bulan Ramadan tahun ini. Saya kira orangtua dan guru sepakat dengan hal ini.
Kembali saya mengirimkan pesan kepada orangtua siswa melalui WAG Paguyuban Orangtua. Pesan saya menekankan bahwa meski masjid di lingkungan mereka meniadakan tarawih, buka bersama dll, maka buku kegiatan tetap diisi dan bisa ditandatangani ortu masing-masing.
Selamat datang bulan Ramadan, semoga kami dan para siswa seluruh Indonesia yang menjalankan ibadah puasa diberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran untuk beribadah seraya berdoa agar masa pandemi covid 19 segera berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H