Pak Salman kini menjadi bahan perbincangan yang hangat di tengah Pandemi Covid 19. Menurut para warga, pak Salman adalah tokoh yang sungguh legowo. Bisa menjadi panutan tokoh-tokoh lain yang selalu memiliki ambisi duniawi.
Beberapa bulan yang lalu, Pak Salman yang memimpin sebuah kedinasan, ingin mencoba peruntungan untuk berpartisipasi dalam pilkada. Bermodal namanya yang harum dan didukung oleh organisasi yang membesarkannya, pak Salman penuh percaya diri mendaftar sebagai pimpinan di daerahnya.
Nama baiknya dimanfaatkan oleh sebuah partai untuk mengusungnya sebagai calon kepala daerah. Pak Salman merasa tak perlu terlalu melakukan pencitraan. Masyarakat sudah mengetahui bagaimana kepribadiannya. Bagaimana shalatnya, jiwa sosialnya dan sebagainya. Tak ada yang meragukannya.
Sebenarnya pak Salman tak terlalu berambisi untuk menjadi orang pertama di daerahnya. Namun keinginan untuk memajukan daerah membuatnya terpanggil. Meski usianya telah menginjak usia enam puluh.
Pak Salman tak merasa mendapat beban jika nantinya menjadi pemimpin daerahnya. Toh isteri tercintanya sangat mendukung karir pak Salman. Anaknya juga sudah dewasa. Saat ini sedang menempuh skripsi.
**
Mendekati pilkada, proses pilihan memang agak terkendala oleh kasus virus corona. Namun sebagai salah satu calon kepala daerah tetap mengikuti seluruh proses. Termasuk menanyakan dukungan keluarga terhadap pencalonannya.
Pak Salman tentu siap sedia. Sang isteri juga demikian. Apapun yang dilakukan pak Salman, asal membawa kebaikan dunia akhirat, pasti didukung. Pak Salman sangat beruntung memiliki isteri yang sangat memahaminya. Mendampingi dari nol, dalam suka dan duka. Pak Salman sangat sadar, keberhasilannya selama ini karena dukungan sang isteri.Â
Namun sejak pencalonannya sebagai kepala daerah membuat sang anak menjadi jauh dengan pak Salman. Anaknya yang sering berbincang di waktu senggang, saat pulang dari kos, tak dirasakan lagi oleh pak Salman. Bahkan kepulangannya dari kos selama masa Pandemi Covid 19 juga karena desakan bu Salman.
Merasa ada yang aneh dalam diri putri sewayangnya, pak Salman dan isteri membawa ke psikiater. Mereka sangat khawatir dengan satu-satunya anak yang masih bersamanya.
Tak ada hasil dari konsultasi dengan psikiater. Yumna, sang anak, tetap diam. Entah apa yang dipikirkannya.