Sejak lima bulan yang lalu namamu selalu mengisi relung hati. Tentu itu tak kau tahu akan hal itu. Menjadi sebuah rahasiaku. Tak bisa kuungkap kepada siapapun.
Aku adalah seorang perempuan timur. Memiliki banyak teman, lelaki maupun perempuan. Dengan teman lelaki, pertemanan hanya biasa antara aku dan mereka.
Tak ada satupun yang mampu mematahkan pertahanan hatiku untuk terbuka pada kaum Adam itu. Meski sebenarnya ada satu lelaki yang rela ke rumah ketika dia akan wisuda.Â
"Aku belum punya pendamping," katanya saat itu.
"Lah kamu ke sini mau cari pendamping wisuda?" tanyaku sebal.
Lelaki itu terkaget mendengar ucapan ketusku. Aku tak biasa mengucapkan perkataan dengan ketus pada siapapun.
**
Namun justru dari lelaki itu, aku mengenalmu. Kau yang memulai untuk memperkenalkan diri padaku. Semula aku sangat kesal padamu. Kau begitu iseng padaku.
Seiring berjalannya waktu, kusadar bahwa isengmu padaku itu membuatku berbunga-bunga. Setiap langkahku selalu ada namamu.
Oh iya. Kau sendiri memulai hubungan kita dengan mengirimkan pesan. Kau mengaku bahwa kau dapatkan nomorku dari temanmu. Tak jelas siapa orangnya. Toh semua teman kutanya juga tak ada yang mengaku.
"Aku nggak ngerasa ngasih nomermu, Ti", jawab Dino yang kutanya terakhir. Dino adalah temanmu yang dulu ingin menjadikan aku pendamping saat wisudanya.