Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sakitnya Ketika Nulung Kepenthung

5 Maret 2020   14:36 Diperbarui: 5 Maret 2020   14:42 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika manusia berkomunikasi dengan sesama, maka bisa terjalin komunikasi searah maupun dua arah. Komunikasi bisa lancar dan macet. Itu hal wajar. Hal ini karena manusia dibekali akal pikiran. Selain itu ego dalam bersosial juga kadang mendominasi akal, pikiran dan hati nurani. Sekali lagi itu lumrah. Semua harus menyadari hal tersebut. 

Mis komunikasi atau tidak, terkadang terjadi karena kesibukan, situasi lingkungan dan sebagainya. Dalam hal meminta bantuan dan membantu orang lain misalnya.

Semua orang pasti pernah mengalami di mana dia memiliki niat baik yaitu menolong atau membantu orang lain. Namun karena kesibukan dan urusan keluarga maka dalam menolong orang lain jadi tidak bisa maksimal.

Ada seorang sahabat saya yang membantu saudaranya dalam pengerjaan tugas akhir kuliah. Mulai dari judul, kerangka tulisan sudah diberikan oleh teman saya. Namun ternyata saudaranya menginginkan bantuan lebih. Dia ingin dibantu untuk merumuskan kalimat demi kalimat dalam tugasnya.

Mengingat teman saya memiliki keluarga, dua anaknya masih balita, dia tidak bisa membantu saudaranya. Meski begitu teman saya masih mengupdate story dan itu dibaca saudaranya. Padahal waktu itu saudaranya sudah mengirimkan pesan berulang kali. Meminta soft file untuk lampiran tugas. 

Alhasil saudara teman saya emosi dan update story. Intinya dia merasa punya saudara yang tidak bisa diandalkan dan kalimat yang menyinggung. Teman saya shock tentunya. Dia merasa sudah menolong tetapi malah dibilang saudara yang tak tahu diri dan tidak bisa diandalkan.

Menangis sudah tentu dilakukannya. Nulung malah kepenthung. Punya niat menolong malah hancur hati dan perasaannya.

Sebenarnya jika saudara teman saya meluangkan waktunya untuk ke rumah teman saya maka dia akan mendapatkan soft file apapun. Sayangnya itu tak dilakukannya. Malah saudara teman saya asyik jalan-jalan dengan istrinya.

*Memaafkan tetapi tak bisa seperti dulu

Kasus seperti di atas mungkin dialami hampir semua orang. Sudah jelas mis komunikasilah yang menjadi penyebab masalah antara teman saya dan saudaranya.

Jika salah satu sudah ngomeli orang lain maka akan menyakiti orang lain. Luka hati orang yang disakiti tak akan mudah disembuhkan. Meski dari mulutnya keluar kata-kata memaafkan, namun yakinlah hatinya akan remuk redam.

Untuk memperbaiki komunikasi juga akan sulit. Apalagi jika orang yang menyakiti tidak legowo minta maaf. Jika saling bertemu maka akan saling acuh dan tidak akan saling menyapa. Bahkan senyum pun sulit untuk menghias wajahnya.

Orang yang menyakiti pun akan merasa takut jika bertemu. Meski dia merasa jadi pihak yang merasa dirugikan tetapi hati nuraninya tidak akan berbohong. Hidupnya tidak akan tenang karena merasa bersalah. Dia ditolong malah menyakiti hati penolongnya. Seolah ribuan kebaikan penolongnya hilang karena satu kesalahan kecil. Rasanya itu tidak manusiawi juga.

*Memutus Silaturahmi, Memutus Rezeki

Boleh percaya atau tidak, jika seseorang asal ngomong dalam menilai seseorang maka dia tengah berusaha memutus silaturahmi atau persaudaraan dan persahabatan. 

Saudara atau sahabat akan ikhlas membantu di waktu luangnya. Hal itu merupakan rezeki luar biasa yang dimiliki seseorang. 

Rezeki tidak harus berupa uang, atau kebendaan lainnya. Sahabat atau saudara yang mau peduli adalah kekayaan yang harus dijaga sepanjang waktu.

Nah jika saudara atau sahabat yang tulus terus diputuskan karena kekesalan maka rezekinya akan terputus juga. Dia akan kehilangan sosok penolong. 

*Tak melebihi tiga hari untuk bermusuhan atau berseteru

Jika terlanjur mengalami mis komunikasi maka langkah terbaik adalah saling bertemu. Bicarakan secara terbuka tentang hal yang diinginkan oleh dua pihak. Agar semua menjadi jelas duduk perkaranya.

Butuh hati legowo untuk saling mengakui kesalahan. Butuh niat baik untuk memperbaiki hal yang sudah terlanjur terjadi. Jika saling bertemu dan bicara dari hati ke hati maka hati akan terasa plong. 

Hindari bermusuhan sepanjang sisa usia. Dalam tuntunan agama sendiri juga sudah dijelaskan bahwa jika dua orang ---atau lebih--- bermusuhan tidak boleh melebihi tiga hari karena amalan akan sia-sia.

Bahkan jika bermusuhan atau tidak bertegur sapa mencapai setahun, ibaratnya seperti menumpahkan darah saudaranya. 

Siapa yang memboikot saudaranya setahun, dia seperti menumpahkan darahnya." (HR. Ahmad 17935, Abu Daud 4915, dan dishahihkan oleh Syuaib Al-Arnauth).

Na'udzubillah. 

Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar selalu mengedepankan komunikasi yang baik dengan orang lain. Kita yakin bahwa tidak ada manusia yang sempurna maka kita perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun