"Namun sekarang aku baru bisa mendatangimu. Kuberharap aku tidak terlambat, Ra..."
Aku terhenyak. Hanya satu orang yang memiliki janji padaku. Kuberanikan diri menatap wajah lelaki itu. Dan... iya. Lelaki itu adalah orang yang kunantikan selama ini.
"Aji...?" kusebut nama itu pelan.Â
Lelaki itu tertawa.
"Kamu jahat, tahu!" ucapku kesal karena janjinya yang tak dipenuhinya dulu. Kutinjukan kepalan tanganku ke lengannya.Â
"Iya. Tapi aku tak terlambat kan, Ra?"
Diperhatikannya tangan kananku yang basah dan masih menggenggam kembang kanthil.Â
"Bukan karena kembang itu aku datang. Tetapi karena ini..." tangan Aji mengepal dan meletakkannya di dada sebelah kirinya.
"Ya Allah, hujan ini kurasakan membawa kebahagiaan untukku" batinku penuhh syukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H