Keempat, biarkan anak berimajinasi atau berkhayal. Setiap anak memiliki imajinasi atau khayalan terhadap sesuatu, termasuk dalam hal bakat. Anak memiliki imajinasi yang berubah dari waktu ke waktu. Misalnya semula anak ingin menjadi guru, tetapi setelah melihat orang sekitarnya sakit, lalu si anak beralih ingin menjadi dokter.
Kelima, tidak konservatif. Zaman selalu berubah. Orangtua atau guru harus menyadari bahwa pola sosial lama tidak bisa sepenuhnya dipraktekkan pada masa kini. Sehingga orangtua atau guru perlu positive thinking, tidak terlalu gampang khawatir akan proses kreativitas yang berada di luar kebiasaan.
Keenam, tidak over protectif. Setiap orangtua pasti ingin anaknya selalu baik. Sayangnya terkadang orangtua terlalu berlebihan dalam melindungi anak. Akibatnya anak tidak bisa mengeksplorasi kemampuannya. Bahkan dampak yang lebih buruk, anak tidak bisa hidup mandiri.
Orangtua yang baik adalah orangtua yang demokratis, tidak otoriter dalam hal disiplin.Â
Ketujuh, persediaan mainan. Usahakan alat bermain yang merangsang anak agar kreatif. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan perkembangan usia. Alat bermain di bawah tiga tahun akan sangat beda dengan alat permainan anak berusia di atas tiga tahun.
Demikian hal-hal yang bisa kita terapkan kepada anak agar anak selalu kreatif. Semoga bermanfaat.
*dari berbagai sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H