Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suami Hampir Buta, Isteri Ambil Alih Kewajiban Mencari Nafkah

3 Februari 2020   22:25 Diperbarui: 3 Februari 2020   22:40 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putri pak Supran. Dokpri

Siapapun pasti berharap bisa hidup layak dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan mudah dan lancar. Namun kenyataannya di sekitar kita masih ada orang yang hidupnya jauh dari kata layak.

Di dusun sebelah tempat tinggal saya, ada sebuah keluarga sederhana. Untuk hidup sehari-hari hanya mengandalkan seorang ibu. Sang ayah tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan.

Si ayah, bapak Supran, terganggu penglihatannya, mata pak Supran hampir buta. Namun demikian pak Supran adalah seorang yang taat beribadah. 

Dengan kondisi mata yang hampir buta, pak Supran rajin ke masjid. Berangkat sendiri dengan mempergunakan tongkat. Sangat luar biasa semangatnya untuk beribadah. Cobaan hidup kemiskinan dan kondisi mata yang hampir buta, tidak membuatnya protes kepada Sang Pencipta. Dia malah semakin dekat dengan Illahi.

Karena kondisi kesehatan yang kurang baik, pasti pak Supran sulit untuk mengais rezeki bagi anak isteri. Lalu si isteri, bu Harti, mengambil alih peran itu. Meski bekerja membantu menyapukan pekarangan tetangga setiap hari, dilakoninya. Semua demi anak dan suami. Oleh tetangganya dia diberi upah kurang lebih 400ribu perbulan.

Tentu saja uang 400ribu sangat kurang. Apalagi harga kebutuhan pokok semakin mahal. Kondisi ini sangat diprihatinkan oleh warga sekitar. Keluarga bapak Supran pun tidak menerima bantuan PKH. Pihak kepala dusun sudah mengusulkan namun nama keluarga ini tak juga masuk daftar penerima PKH.

Anak pak Supran yang bersekolah di tempat saya bertugas pun tidak mendapatkan bantuan PIP. Padahal dia sebenarnya pantas menerimanya. 

Sekolah pastinya mengusulkan semua siswa dari keluarga tidak mampu untuk mendapatkan PIP. Sudah pasti pihak sekolah juga sangat bingung, semua siswa diusulkan, bahkan siswa yang orangtuanya lebih mampu daripada pak Supran malah mendapatkan bantuan.

Anak bapak Supran saat ini sudah duduk di SD kelas VI. Kebutuhan untuk sekolah dan melanjutkan sekolah di SMP pasti akan semakin meningkat. Saya yakin isteri pak Supran akan menyangga beban yang sangat berat.

Apalagi sebentar lagi Ujian Sekolah berstandar Nasional. Ada kebutuhan untuk administrasi kelulusan, terutama fotokopi ijazah, laminasi. 

Selama bersekolah anak pak Supran praktis membayar seragam dari uang keluarga. Sedang siswa lain bisa diambilkan dari bantuan-bantuan pemerintah.

Besar harapan warga dan sekolah agar anak pak Supran bisa melanjutkan sekolah, mendapatkan bantuan keluarga pra sejahtera. 

Para guru di sekolah kamipun tak memungkinkan untuk meringankan biaya sekolah si anak. Maklum sekolah kami adalah sekolah swasta yang tidak menarik uang SPP bulanan. Jadi semua biaya operasional sekolah diambilkan dari BOS. Orangtua siswa hanya mengeluarkan uang ketika para siswa dinyatakan lulus dari sekolah kami.

Semoga saja ada uluran tangan bagi keluarga pak Supran, setidaknya si anak bisa tenang dalam belajar di sekolah.

**

Selamat jelang ulang tahun untuk bu Widz Stoops, doa terbaik untukmu dan seluruh keluarga. Semoga putri pak Supran bisa mendapat bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun