Siapapun pasti berharap bisa hidup layak dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan mudah dan lancar. Namun kenyataannya di sekitar kita masih ada orang yang hidupnya jauh dari kata layak.
Di dusun sebelah tempat tinggal saya, ada sebuah keluarga sederhana. Untuk hidup sehari-hari hanya mengandalkan seorang ibu. Sang ayah tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan.
Si ayah, bapak Supran, terganggu penglihatannya, mata pak Supran hampir buta. Namun demikian pak Supran adalah seorang yang taat beribadah.Â
Dengan kondisi mata yang hampir buta, pak Supran rajin ke masjid. Berangkat sendiri dengan mempergunakan tongkat. Sangat luar biasa semangatnya untuk beribadah. Cobaan hidup kemiskinan dan kondisi mata yang hampir buta, tidak membuatnya protes kepada Sang Pencipta. Dia malah semakin dekat dengan Illahi.
Karena kondisi kesehatan yang kurang baik, pasti pak Supran sulit untuk mengais rezeki bagi anak isteri. Lalu si isteri, bu Harti, mengambil alih peran itu. Meski bekerja membantu menyapukan pekarangan tetangga setiap hari, dilakoninya. Semua demi anak dan suami. Oleh tetangganya dia diberi upah kurang lebih 400ribu perbulan.
Tentu saja uang 400ribu sangat kurang. Apalagi harga kebutuhan pokok semakin mahal. Kondisi ini sangat diprihatinkan oleh warga sekitar. Keluarga bapak Supran pun tidak menerima bantuan PKH. Pihak kepala dusun sudah mengusulkan namun nama keluarga ini tak juga masuk daftar penerima PKH.
Anak pak Supran yang bersekolah di tempat saya bertugas pun tidak mendapatkan bantuan PIP. Padahal dia sebenarnya pantas menerimanya.Â
Sekolah pastinya mengusulkan semua siswa dari keluarga tidak mampu untuk mendapatkan PIP. Sudah pasti pihak sekolah juga sangat bingung, semua siswa diusulkan, bahkan siswa yang orangtuanya lebih mampu daripada pak Supran malah mendapatkan bantuan.
Anak bapak Supran saat ini sudah duduk di SD kelas VI. Kebutuhan untuk sekolah dan melanjutkan sekolah di SMP pasti akan semakin meningkat. Saya yakin isteri pak Supran akan menyangga beban yang sangat berat.
Apalagi sebentar lagi Ujian Sekolah berstandar Nasional. Ada kebutuhan untuk administrasi kelulusan, terutama fotokopi ijazah, laminasi.Â
Selama bersekolah anak pak Supran praktis membayar seragam dari uang keluarga. Sedang siswa lain bisa diambilkan dari bantuan-bantuan pemerintah.