Bejo. Itulah nama lelaki tua dengan kulit menghitam karena bersahabat dengan matahari sepanjang hari. Mencari rezeki untuk keluarga yang berada di kampung halaman.
Nama Bejo berarti beruntung. Pastilah kedua orangtuanya berharap Bejo akan selalu beruntung. Namun kenyataan tak sesuai harapan. Bejo yang selalu patuh pada orangtua dan taat beribadah lima waktu ternyata diuji dengan hidup yang prihatin.
"Nggak apa-apa. Semua sudah diatur Gusti Allah. Jadi jalani saja." ucap pak Bejo ketika salah satu pelanggan sangat prihatin dengan kondisi lemah pak Bejo yang harus mengais rezeki dengan susah payah.
Berbagai pekerjaan dilakukan. Dari kuli gendong di pasar, nyrumbati kelapa dan menjadi tukang becak. Rasa lelah tak dipedulikan. Hawa panas siang hari dan dingin di malam menjadi sahabat setianya.
Beruntunglah Pak Bejo memiliki pelanggan tetap pada hari dan jam-jam tertentu. Para pelanggan sangat menyukai keramahan, semangat, keuletan dan kejujuran pak Bejo.Â
**
Pagi hari di hari Minggu. Di parkiran mangkal becaknya, pak Bejo ditemukan dalam kondisi kaku. Nadinya tak menunjukkan tanda kehidupan pak Bejo.
Suasana menjadi ramai. Polisi segera mendatangi tempat kejadian perkara. Sementara orang-orang yang berlalu lalang menyempatkan diri melihat jenazah pak Bejo yang sudah ditutupi dengan kardus bekas.
Para pelanggan pak Bejo berdatangan. Mereka bercerita kalau mendengar seorang tukang becak ditemukan meninggal di dekat mangkal becaknya. Mereka tak percaya bahwa lelaki bersahaja dan selalu semangat meski penuh keprihatinan itu telah tiada.
"Gusti Allah tresna marang pak Bejo. Ngerti-ngerti kok wis kepundhut..." cerita seorang pelanggannya.
"Iya. Tadi malam saja masih mengantar belanjaan dari pasar ke rumah..." Sahut pelanggan lainnya.