Tadi pagi, sebelum bel masuk, kelasku gaduh. Oh iya, aku kelas IV saat ini.Â
Tadi, anak-anak perempuan menjerit dan menangis. Termasuk aku.
Seto, teman sekelasku yang sangat usil, membawa ular weling ke dalam kelas. Saking usilnya, dia mendekatkan dan mengarahkan ular yang dipegangnya ke arah anak perempuan. Seto tertawa terbahak-bahak begitu anak perempuan menjerit dan menangis.Â
Kegaduhan sedikit terhenti ketika bu guru kami, Bu Sari, ke kelas. Tak lama pak satpam menyusul bu Sari.Â
Bu Sari mendekati Seto yang masih memegang ular weling.Â
"Seto, dari mana ular itu?" bu Sari terlihat sedikit takut ketika bertanya.
Seto tak menjawab. Sementara pak satpam mengambil ular yang masih dipegang Seto. Setelah itu ular dibawa keluar kelas.
"Terima kasih, pak Tejo..." ucap bu Sari.
"Ya, bu Sari. Sama-sama" jawab pak satpam.
**
Kelas menjadi hening. Bu Sari berdiri di depan kelas. Tatapan matanya terlihat tak seperti biasa kulihat.Â
Senyuman bu Sari juga tak tampak. Wajahnya tegang. Kami merasa kurang nyaman. Dipandanginya kami satu persatu.Â
"Seto, kamu sangat membahayakan dirimu dan teman-temanmu..."
Tak ada jawaban dari Seto.
"Kali ini kamu keterlaluan. Ular itu sangat berbahaya, Seto. Kamu tahu apa tidak?"
Seto mengangguk.Â
"Kalau ada orang yang tergigit ular weling, bisa kesulitan bernafas. Ada juga yang sampai meninggal. Bisanya sangat berbahaya..."
Bu guru menuju meja guru dan duduk. Dia mengambil nafas dalam-dalam.Â
"Untung saja ular tidak lepas. Kalau lepas terus menggigit temanmu, bagaimana?"
Kami masih diam.
"Kamu bisa dilaporkan ke polisi sama orangtua temanmu. Kamu paham, Seto?"
Seto mengangguk.
"Bermain itu dengan barang yang aman. Hewan yang tidak menggigit. Kamu kan sudah belajar tentang hewan karnivora, omnivora dan herbivora kan?"
**
Jam istirahat pertama tiba. Aku dan teman-teman masih memperbincangkan kejadian tadi pagi.Â
"Alah...bu Sari itu galak banget. Seneng marah. Cuma karena ular..." ujar Seto.
"Ah...nggak. Bu Sari nggak galak," ucap Guruh, ketua kelas kami.
"Iya. Kamu saja yang nakal, To. Makanya bu guru marah sama kamu..." sahut Tanti.
**
Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Aku dan teman-teman senang sekali. Rasa lelah belajar dari pagi hingga sore akan segera berakhir. Kami akan beristirahat dengan nyaman di rumah. Apalagi bu Sari jarang memberikan PR.Â
Meski begitu, kalau aku masih menyempatkan belajar meski sebentar. Aku membaca ulang materi pelajaran yang kudapatkan seharian tadi. Kalau tidak ya aku belajar selepas shalat Subuh. Kata ibuku, belajar setelah subuh itu akan mudah paham.
**
Selepas makan malam, aku biasa bercerita tentang sekolahku kepada ayah dan ibuku. Termasuk tentang ular weling yang dibawa Seto.
"Bu guru ternyata bisa galak juga ya, yah-bu..." kataku dengan semangat.
Ibu tersenyum. Ayah juga demikian.
"Ririk, kalau bu guru marah itu bukan berarti dia jahat. Bu guru sangat menyayangi kalian..."
"Benar kata ayah, Rik. Bu guru sangat khawatir dengan keselamatan kalian. Jadi dia kesal sama temanmu yang membawa ular itu..."
Aku mengangguk.
"Apa kamu sering dimarahi bu guru?" tanya ayah.
Kugelengkan kepalaku.
"Aku berusaha menyelesaikan tugasku dengan baik, yah. Meski kurang sempurna..."
"Kamu nakal nggak sama temanmu?" ibu ganti bertanya padaku.
Kucoba ingat-ingat lagi, apakah aku pernah membuat bu guru marah. Tak ada. Kugelengkan kepalaku. Ketika aku tidak bisa menyelesaikan soal perkalian pun, bu guru pun tidak marah. Dengan sabar dia mengajariku. Ya meski aku kadang lupa juga cara mengerjakannya.
"Nah. Kan. Kamu sendiri tak pernah dimarahi. Jadi jangan pikir bu guru jahat ya, Rik..." nasehat ayah.
"Iya, yah..."
Ibu lalu bercerita kalau dulu pas ibu sekolah malah sering dijewer kalau salah mengerjakan soal. Tapi tidak lapor orang tua. Tidak menganggap gurunya galak atau jahat.
"Pas dijewer bu guru, malah membuat ibu semangat belajar, Rik. Jadi kamu harusnya lebih semangat belajar. Kan bu guru nggak njewer atau nyubit kamu".
Aku tersenyum. Aku mengerti. Bu guru seperti ayah ibu. Kalau aku tidak patuh, pasti ayah ibu marah. Begitu juga bu guru. Ah...kukira Seto harus kuberitahu kalau bu guru tidak jahat dan tidak galak. Asal murid patuh dan rajin belajar, pasti tidak mendapatkan marah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H