Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Damai Itu Indah

24 Januari 2020   08:05 Diperbarui: 24 Januari 2020   21:03 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rombongan semut merasa takut. Saat mereka menikmati madu di sarang lebah pada pohon jambu, muncullah Ratu Lebah bersama para prajurit dan rakyatnya.

Rombongan semut memang ke sarang lebah tanpa izin. 

"Kalau mau makan madu di sana, kalian minta izin dulu. Biar lebah-lebah dan ratu tidak marah..."

Mereka tidak memedulikan peringatan dari kupu-kupu yang melintas tadi. Yang mereka pikirkan hanya ingin menikmati madu yang rasanya terkenal nikmat.

Akibatnya, saking asyiknya menikmati madu, mereka lupa waktu. Mereka tidak segera meninggalkan sarang lebah. Mereka tak menyadari kalau Ratu Lebah dan rombongannya tiba di sarang.

"Maafkan kami, Ratu Lebah. Kami menikmati madu di sarang kalian tanpa minta izin..." ucap semut kecil.

"Maaf? Enak saja kau minta maaf..." sela pemimpin prajurit lebah.

"Iya. Untuk apa kalian minta maaf? Pasti kalian akan mengulangi lagi kesalahan ini..." timpal seekor prajurit lebah. 

"Tapi, kami tidak menghabiskan madu kalian. Cuma sedikit kok mintanya..." elak seekor semut.

Ratu lebah yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara.

"Sedikitpun, kalau mengambil barang orang lain namanya mencuri, semut..." kata Ratu Lebah.

Semut-semut itu menjadi ketakutan. Mereka menundukkan kepala.

"Kita beri hukuman saja, ratu. Biar mereka jera..." usul pemimpin prajurit lebah.

Lebah lain pun setuju usul tersebut. Tanpa dikomando, para lebah siap menyerang rombongan semut. Ratu Lebah tiba-tiba menghentikan kegaduhan rakyat dan tentaranya.

"Sebentar, prajurit dan rakyatku semua. Kita memang boleh memberi hukuman. Tapi bukan berarti kita pergunakan senjata kita secara sembarangan..."

Ratu lebah menghentikan ucapannya.

"Lihatlah semut-semut itu. Mereka tidak punya senjata. Jadi kita selesaikan dengan damai..."

"Tidak, Ratu! Kami siap mempertahankan milik kita...!" seru rakyat lebah.

"Tapi, kalau kita sembarangan menggunakan senjata kita, maka kita sendirilah yang rugi..." seru Ratu Lebah.

Rakyat dan prajurit lebah semakin ramai. Banyak diantara mereka yang tidak setuju ucapan ratu. Padahal ratu sudah mengingatkan bahwa senjata mereka adalah sengatan lebah. Jika itu digunakan sekali saja maka mereka mempertaruhkan nyawa mereka.

"Kalau kita menyengat semut, kita akan mati. Jadi tak perlu..."

Belum sampai ucapan ratu selesai, rakyat dan prajurit menyerang semut-semut. Dengungan suara lebah terdengar lebih keras dan kompak. Rombongan semut semakin panik dibuatnya.

Ratu Lebah tidak bisa menahan prajurit dan rakyatnya. Dengan berbekal senjatanya, rakyat lebah menyengat tubuh semut. Semut-semut itu berlarian. Namun sia-sia usaha mereka. Banyak semut mati karena tersengat lebah.

Begitu juga dari lebah madu. Banyak rakyat lebah dan prajurit lebah yang mati karena menyerang rombongan semut.

Sekali saja lebah menyengat binatang lain, maka dia akan mati. Akibatnya ratu lebah kehilangan banyak rakyat. Ratu lebah sangat sedih. Dia menyesal karena tidak bisa mencegah prajurit dan rakyatnya yang menyerang semut. Tak hanya mati, lebah banyak yang sakit karena bertabrakan satu sama lain. 

Rombongan semut pun demikian. Banyak semut mati dan sakit.

**

Ratu lebah dan pemimpin semut bertemu. Mereka saling berbicara satu sama lain. 

"Saya minta maaf, Ratu Lebah. Ada rakyat saya yang mengambil madu di sarang kalian. Saya tak mengetahui sebelumnya..."

Pemimpin Semut menjelaskan bahwa saat itu di sarang semut sedang melakukan acara syukuran karena kemudahan mendapatkan makanan. Ternyata ada semut yang sangat ingin merasakan madu. Lalu mereka pergi tanpa sepengetahuan pemimpin semut.

"Lebih baik kita akhiri perselisihan kita, Ratu Lebah..."

"Iya. Saya berpikir juga begitu. Kita saling bekerja sama saja. Rukun satu sama lain..."

Ratu Lebah dan pemimpin semut akhirnya bersepakat untuk bekerjasama. Semut menjaga sarang lebah. Mereka akan mendapatkan jatah madu setiap minggu sekali.

Rakyat dan prajurit semakin hati-hati dalam menggunakan senjata, sengatannya. Tidak sembarangan menggunakannya. Jika ada salah paham mereka selesaikan dengan musyawarah. Mereka merasakan, damai membuat hidup semakin indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun