Setelah selama lima hari belajar ---Full day school--- saatnya di akhir pekan ini dua anak saya yang sudah duduk di bangku SD, saya ajak dolan bareng ke Geosite Ngingrong. Geosite ini termasuk dalam rangkaian Geopark Gunung Sewu yang membentang dari tiga provinsi, DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Geopark Gunungsewu ini diakui UNESCO sebagai geopark internasional. Jadi, meskipun tempat wisata ini bagi anak tidak menarik, kedua anak saya, kami perkenalkan geosite ini. Harapan saya, mereka akan bangga akan daerah asalnya.Â
Ya mereka akan bangga, meski daerah Gunungkidul selama berpuluh-puluh tahun dikenal sebagai daerah tandus, kekeringan, ternyata memiliki hal istimewa. Sebuah tempat yang menginternasional, Geosite Ngingrong. Potensi wisata tak kalah dengan Bali dalam hal geopark terutama.
Sebenarnya tak hanya geosite Ngingrong ini yang masuk dalam Geopark Gunungsewu. Ada gunung api purba Nglanggeran, Gua Pindul dan sebagainya. Dan mungkin tak banyak yang tahu bahwa geopark Gunungsewu ini termasuk urutan kedua geopark yang diakui di Indonesia.
Mereka bisa membandingkan ciri fisik dari batuan. Komentar ketika melihat batuan selalu ada. Seperti ketika melihat dan membaca papan informasi batuan beku.
"Ini dari gunung merapi ya, bu?" begitu tanya si sulung.Â
Apalagi ketika ada fosil kayu di bagian tengah ---di bawah pohon talok--- Etalase Taman Batu, mereka sangat antusias.Â
"Kok fosil kayu, bu? Kayak fosil dinosaurus ya..."
Saya menjelaskan tentang fosil sesuai usia mereka, sambil mereka menyaksikan beberapa fosil kayu di bagian selatan. Mereka takjub. Apalagi salah satu fosil kayu sudah mengkristal.
Selain itu, mereka menyaksikan secara langsung panel surya sebagai salah satu pembangkit listrik yang berasal dari panas matahari. Maklum selama ini mereka hanya melihat gambarnya atau melihat panel surya pada lampu lalu lintas dengan ukuran kecil. Heeee... jadi, bertambah pengetahuan mereka.
"Kenapa bisa seperti itu? Bagaimana cara menuliskan di sana? Kan itu di atas jurang..."Â
Heheh...anak-anak mengira tulisan itu sengaja dibuat oleh manusia. Padahal sebenarnya itu terjadi secara alami. Sang Pencipta-lah yang kuasa atas hal itu. Saya jelaskan itu dengan bahasa yang bisa dimengerti mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H