Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tak Hanya Jakarta, Daerah Kami Tak Luput dari Banjir

2 Januari 2020   02:08 Diperbarui: 2 Januari 2020   02:14 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal tersebut pernah dialami kabupaten tempat tinggal saya, Gunungkidul. Guru saya dulu pernah bilang bahwa daerah kami, yang merupakan pegunungan kapur, daerahnya lebih tinggi dibanding kabupaten Sleman, Bantul dan kota madya Yogyakarta. Karenanya banjir tak akan melanda tempat kami.

Memang sampai tahun 2015an itulah yang kami alami. Jika terjadi banjir pun masih dalam taraf normal. Hal itu berubah seratus delapan puluh derajat pada November tahun 2017. Waktu itu Indonesia dilanda badai cempaka yang menyebabkan hujan berhari-hari tanpa henti.

Akibat banjir itu, kabupaten kami nyaris terisolir. Siswa-siswa diliburkan beberapa hari demi keselamatan mereka. Jembatan ambrol, daerah terisolir bermunculan.


Di sekitar daerah tempat tinggal saya, jalan cor blok yang biasa saya lewati juga diterjang banjir. Persawahan yang mulai bermunculan bulir padinya banyak yang hanyut terbawa banjir. Pun demikian di kolam ikan. Ikan lepas yang dibudidayakan oleh petani ikan sudah pasti terjadi.

Itulah sekilas cerita tentang banjir yang melanda tempat tinggal kami. Sebuah kabupaten yang harusnya tak mengalami ternyata dengan kuasaNya, kami alami juga. 

Untuk mencari tentang siapa yang bersalah akan banjir seperti itu rasanya juga sulit. Karena hal itu berkaitan dengan pembangunan yang bersifat terus menerus atau berkesinambungan. AMDAL sering kali tak diindahkan atau diutamakan ketika membangun sesuatu.

Jika menyalahkan salah satu pihak, rasanya juga tak adil. Malah nanti bisa dikatakan semua pihak bersalah, entah masyarakat maupun pemerintah. Masyarakat memiliki kebiasaan buruk terhadap lingkungan ---entah membuang sampah di sungai, mengubah lahan menjadi bangunan dan sebagainya--- atau kebijakan yang kurang memperhtikan AMDAL dari pemerintah.

Jika terjadi banjir seperti itu tak elok rasanya menuding siapa pihak-pihak yang bersalah. Yang jelas semua punya andil dalam kerusakan lingkungan. Jadi wajar apabila akhirnya manusia juga yang menuai sendiri akibatnya.

Di saat terjadi banjir, entah di manapun, sudah pasti menjadi keprihatinan seluruh bangsa. Tentunya kita berharap banjir di manapun bisa segera surut dan warga yang terdampak banjir selalu sehat walafiat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun