Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Remehkan Kecerdasan Anak Kecil

27 Desember 2019   05:32 Diperbarui: 27 Desember 2019   05:29 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: parenting.co.id

Anak dilahirkan dalam keadaan suci dan unik. Mereka punya kekhasan sendiri-sendiri. Tak ada satu pun individu yang sama persis baik fisik maupun psikologisnya.

Orangtua maupun orang lain di sekitar tak bisa memaksakan kehendak kepada si anak. Mereka punya dunia sendiri yang jauh berbeda dengan dunia orang dewasa. Dunia bermain dan belajar.

Mereka lebih banyak bermain daripada belajarnya. Tapi ingat, bahwa dari bermain itulah mereka belajar lebih banyak dan bisa mengeksplorasi kemampuannya. Mengapa?

Dari bermain mereka menemukan hal yang baru. Jangan heran ketika si kecil bermain pasir tiba-tiba bertanya, "pasirnya kok warnanya hitam, Bu? Kok yang di pantai warnanya putih..."

Atau mungkin ada pertanyaan, "pasirnya diambil dari mana, Bu?"

Terus kalau orangtua menjawab ," pasirnya dari gunung berapi yang meletus, nak..."

Nanti di pikiran si kecil masih muncul pertanyaan lainnya, misal " gunungnya jauh dari rumah kita. Tapi kok bisa sampai di sini ya, Bu..."

Serangkaian pertanyaan yang muncul dari si kecil ketika bermain menunjukkan betapa tingginya rasa ingin tahunya. Kecerdasan si anak cukup tinggi. Orangtualah yang harus membantu untuk menemukan jawaban dengan kalimat sederhana yang mudah dipahami si kecil. Syukur kalau disertai sampel yang tepat.

Ketika menggambar atau melukis pun si anak berlatih tentang pewarnaan yang pas dengan objek gambar. Selain itu anak dilatih sabar karena mewarnai gambar butuh waktu lama.

Ilustrasi: blog.sukawu.com
Ilustrasi: blog.sukawu.com
Dari kegiatan menggambar ini anak juga dilatih menggambar dengan proporsi yang pas. Misal menggambar rumah yang pas dan proporsional itu seperti apa. Rumah digambar dari samping akan beda dengan rumah yang digambar dari depan.

Ketika menggambar rumah dari sisi samping kita ajari dinding bagian samping dibuat agak miring. Di sini mungkin muncul pertanyaan dari si kecil," Kok gambarnya miring gini. Berarti kalau adik tinggal di dalam bisa miring dan jatuh dong, Bu..."

Orangtua bisa mengajak anak ke depan rumah dan  sebelah samping rumah. Anak diajak membandingkan posisi dinding ketika kita di depan rumah atau di sisi samping. Di situ anak akan paham dengan sendirinya.

Kita ingat bahwa anak memang memiliki kecerdasan yang beda. Anak yang cerdas bukan karena bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, tetapi mereka yang mengajukan pertanyaan dengan tepat dan bisa menemukan sendiri jawabannya.

Orangtuanya saja yang harus sabar dalam membimbing si kecil untuk menemukan jawabannya. Orangtua harus smart dan selalu belajar. 

Tak ada salahnya kok misalnya si ibu kuliah tinggi atau bahkan kuliah S2 atau S3 tetapi menjadi ibu rumah tangga. Dengan belajar sampai perguruan tinggi tak ada kata mubadzir. Paling tidak, ilmunya bisa digunakan untuk membimbing si kecil dalam belajar. 

Kita tahu sendiri, bagi yang anaknya sudah sekolah di tingkat SD, bahwa materi pelajaran sangat sulit. Nah ilmu dari sang ibu akan bermanfaat sekali untuk buah hatinya. Jangan menertawakan ibu rumahtangga yang berpendidikan tinggi dan jangan meremehkan anak yang banyak bertanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun