Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menakar Jiwa Nasionalis?

1 Desember 2019   01:32 Diperbarui: 1 Desember 2019   05:47 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: padamu.net

Beberapa tahun terakhir, kondisi politik, sosial, budaya dan hankam di Indonesia terasa panas. Hampir seluruh penduduk Indonesia terjebak pada fanatisme berlebihan. Muncul beberapa kelompok yang saling hujat. 

Semua hal bisa dengan mudah diviralkan. Sayangnya hal yang viral itu justru merugikan persatuan dan kesatuan bangsa. Rakyat Indonesia melupakan bagaimana harus menjaga nasionalisme. Ada yang menunjukkan nasionalisme dengan slogan Saya Indonesia, Saya Pancasila.

Sementara ada golongan Islam yang membawa bendera tertentu dianggap tak nasionalis, atau berita paling hangat bahwa ada siswa tak mau menghormat kepada bendera karena ajaran agama Kristen aliran tertentu. Sebelumnya ungkapan Agnes Mo akan dirinya yang tak berdarah Indonesia juga menyemarakkan viral tentang nasionalisme.

Konsep Kepribadian Nasional

Indonesia memiliki keanekaragaman dalam berbagai hal, seperti kekayaan alam, budaya, sosial dan sebagainya. Secara horizontal keanekaragaman dapat dilihat dari perbedaan fisik/ ras, suku bangsa, bahasa, agama, dll. Kedudukan ras, suku, bahasa dan agama adalah sama.

Sedangkan secara vertikal keanekaragaman tersebut terlihat dari tingkat pendidikan, jabatan, pangkat, ekonomi, bahkan keturunan/ darah karena di dalamnya terdapat strata atau tingkatan yang bisa menunjukkan prestis seseorang.

Dari kesejarahan, kita tahu tentang nenek moyang bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan. Mereka berpindah pada zaman es/ kuarter, di mana saat itu Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera bersatu dengan benua Asia. Sedangkan Papua bersatu dengan benua Australia.

Kemudian setelah Abad Gelap, India, Cina, Arab dan bangsa- bangsa Eropa juga datang ke Indonesia dengan bermacam tujuan. Akibat kedatangan bangsa- bangsa tersebut maka lahirlah kebudayaan yang beragam.

Keragaman/ heterogenitas yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan potensi kekayaan. Meski demikian keragaman tersebut bisa memunculkan konflik bila kita tidak hati- hati dan tidak mengembangkan rasa toleransi. 

Sikap yang baik terhadap keragaman contohnya mempelajari kebudayaan dari berbagai daerah, menyaring kebudayaan yang datang dari luar/ budaya asing, membentuk perkumpulan- perkumpulan/ sanggar kebudayaan daerah, dan sebagainya.

Integrasi nasional harus selalu dijaga dan diperjuangkan semua pihak agar eksistensi bangsa terus terjaga. Tentunya kita sudah belajar bagaimana para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan. Jadi semaksimal mungkin kemerdekaan diisi dengan hal- hal positif.

Faktor penunjang integrasi nasional, antara lain bahasa nasional. Pancasila sebagai dasar negara, kesadaran dan solidaritas kelompok dan perundang- undangan yang bersifat nasional.

Nasionalisme perlu ditekankan terus bagi warga negara Indonesia. Menurut Louis Sneyder, nasionalisme adalah perpaduan faktor- faktor politis, ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu taraf di dalam sejarah.

Sedang menurut L. Stoddard, nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.

Unsur- unsur terbentuknya bangsa Indonesia meliputi persamaan asal keturunan bangsa/etnik, persamaan pola kebudayaan, persamaan tempat tinggal, persamaan nasib kesejarahan serta persamaan cita- cita.

Prinsip nasionalisme yang dikandung dalam Pancasila bukanlah nasionalisme sempit dan berlebihan. Paham- paham yang bertentangan dengan nasionalisme yaitu sukuisme, chauvinisme, ekstrimisme dan kedaerahan. Paham inilah yang harus ditekan dan dihilangkan dari bumi pertiwi.

Prinsip nasionalisme akan selalu berhubungan dengan prinsip Wawasan Nusantara, di mana Indonesia merupakan satu kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan dan keamanan.

Ketika seseorang memiliki jiwa nasionalis maka akan terbentuk patriotisme. Patriotisme adalah pecinta/ pembela tanah air, seorang pejuang sejati, pembela bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah air. Tujuan konsep patriotisme adalah menumbuhkan dan meningkatkan semangat cinta tanah air dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sikap- sikap yang merugikan nilai- nilai nasionalisme antara lain kemiskinan dan kesenjangan sosial dan keterbelakangan; KKN, pencemaran lingkungan hidup dan dekadensi moral; Apatisme, ketidak pedulian sosial dan ketergantungan; Kemerosotan nilai upacara, nilai seni dan kemerosotan sejarah; Kemerosotan kebajikan dan kesusilaan yang beradab. 

Selain itu ada kemerosotan penghormatan terhadap orangtua, persaudaraan, kesetiaan dan kenakalan remaja; kecenderungan meniru budaya asing yang mementingkan unsur keduniawian dan pergaulan bebas serta kurang percaya terhadap ketegasan peraturan dan peradilan hukum yang berlaku.

Cinta tanah air dan bangsa merupakan suatu sikap batin yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan demi kejayaan bangsa dan negara. Untuk menanamkan cinta tanah air dan bangsa melalui cara keteladanan dan pembinaan.

Sebagai wujud cinta tanah air misalnya bela negara yang konsepnya terdapat dalam UUD 1945 Pasal 27 tentang bela negara. Upaya bela negara sendiri bisa dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit TNI serta sukarela/ wajib mengabdi kepada negara sesuai dengan profesi masing- masing.

Jadi, lebih baik jika kita bijak dalam menakar jiwa nasionalisme seseorang. Lihat dan bandingkan saja dengan konsep kepribadian nasional. Tak perlu saling menuding satu sama lain bahwa berjiwa nasionalis atau tidak.

*dari berbagai sumber dan pernah terposting di blog saya dengan edit pada beberapa bagian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun