Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ada Pendaftaran CPNS, Bolehkah Saya Nyesek?

13 November 2019   10:11 Diperbarui: 13 November 2019   10:35 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: cermati.com

Bulan November, mulai tanggal 11 kemarin, dilaksanakan pendaftaran CPNS di berbagai daerah dengan jumlah formasi yang beragam. Tentu saja pendaftaran CPNS disambut gembira para sarjana. Berharap mereka bisa menjadi pegawai di lingkungan pemerintah. Apalagi sekian tahun nyaris tak ada penerimaan CPNS karena kebijakan moratorium. Meski sebenarnya di sekolah tetap kekurangan guru dan guru PNS yang diperbantukan di sekolah swasta telah ditarik dan ditugaskan di sekolah- sekolah negeri. Nyatanya, sekolah negeri tetap membutuhkan bantuan guru non PNS.

Bolehkah Saya Nyesek?

Berkaitan dengan paparan saya, rasanya sekarang ini saya cukup prihatin dan nyesek. Bukan karena saya tak bisa ikut serta dalam pendaftaran CPNS dalam seleksi dua tahun terakhir. Saya tak mau memupuk kekecewaan pribadi saya. Biarlah nasib saya tetap menjadi GTY. Jangan berpikir kalau GTY semua sejahtera. Menjadi GTY di daerah pedesaan pastilah beda dengan GTY di perkotaan, apalagi yang namanya besar. Saya harus bersyukur karena sejak 2014 saya telah memiliki sertifikat pendidik.

Lalu mengapa saya nyesek?

Saya tahu persis bahwa sekolah- sekolah baik negeri maupun swasta sangat kekurangan guru selama hampir lima tahun. Meski pada akhir 2018 pemerintah melaksanakan penerimaan CPNS, diikuti tahun ini.

Akibat kekurangan guru, sekolah- sekolah terpaksa mencari guru non PNS --- guru honorer---. Mereka bertugas sama persis dengan guru PNS. Malah pekerjaannya ditambahi dengan tugas lain seperti mengelola BOS. Mengenai gaji ---sebut honor--- sangat tergantung dengan sekolah.

Sekolah- sekolah akhirnya bergantung pada keberadaan guru non PNS --- guru honorer---. Dalam perkembangannya karena kesejahteraan tak diperhatikan, para guru honorer melakukan aksi demonstrasi. Didengarkah keluhan mereka?

Saya pribadi masih menunggu kebijakan dari pemerintah, akan menghargai pahlawan tanpa tanda jasa ini ataukah tidak. Atau mungkin para guru honorer masih harus menghadapi penghakiman "salahmu sendiri, sudah tahu menyalahi aturan, mengapa tetap mau jadi GTT? Mengapa tak berwiraswasta?

Ada benarnya juga sebenarnya. Namun kita balik saja, bila selama kebijakan moratorium dilaksanakan, sekolah morat- marit ataukah tidak jika tak dibantu guru honorer itu? Apalagi setiap 5 tahun sekali sekolah harus divisitasi akreditasi. Kalau tak dibantu guru honorer, bagaimana kelangsungan sekolah? 

Perjuangan berat mereka, setelah demonstrasi, di daerah saya akhirnya diseleksi menjadi Guru Pengganti dengan gaji Rp 700 ribuan. Namun status ini layaknya pegawai kontrak. Jika sekolah yang bersangkutan telah dijatah guru PNS maka yang bersangkutan bisa dicabut sebagai guru. Akhirnya melebihi layangan yang putus dari benang nasibnya.

Sekarang bertambah lagi keprihatinan atas nasib para honorer. Mereka memang bisa mendaftar dalam program PPG yang biayanya cukup mahal dan prosesnya lama, tetapi mereka terancam akan didepak dari sekolah tempatnya bekerja selama ini.

Penyebabnya sekolah mereka dipastikan mendapat guru PNS pada formasi CPNS tahun ini. Jika nama guru CPNS maka guru honorer atau Guru Penggantipun akan diberhentikan oleh sekolah.

Saat ini sudah hangat dibicarakan hal tersebut. Sungguh nyesek rasanya melihat dan merasakan nasib mereka. Kemarin saja sekolah kami sudah dihubungi guru dari sekolah lain, yang bertanya apakah sekolah kami masih ada lowongan untuk guru kelas. Ternyata penyebabnya ya karena merasa akan dirumahkan dari sekolah selama dia mengabdi kepada negeri. 

Mereka bisa memilih sekolah swasta untuk mengajar memang. Tetapi aturan berbicara bahwa jika mereka pindah ke sekolah swasta, masa kerja selama mengajar di sekolah negeri tak dihitung. Alias mereka akan mulai dari nol. Kesempatan untuk sertifikasi juga jauh dari harapan. Padahal usia semakin bertambah. Saya bayangkan betapa galaunya mereka. 

Mengapa saya tak galau nasib saya sendiri?

Usia saya sudah tak memungkinkan untuk mengikuti CPNS. Ya sudah. Meski ada sedikit rasa kecewa juga sebenarnya. Tapi saya bersyukur saja dulu, menjadi guru yang sudah sertifikasi

Kalau saat ini para alumni sekolah yang ikut mendaftar dalam seleksi CPNS, saya berdoa semoga saja mereka sukses. Kesuksesan mereka menjadi kebahagiaan saya. Semoga mereka menjadi guru yang baik melebihi saya.

Harapan pada dunia pendidikan

Seleksi penerimaan CPNS menjadi kabar gembira sekaligus kabar duka dunia pendidikan. Saya pribadi berharap, pemangku kebijakan benar- benar memperhatikan nasib honorer. Saya bermimpi, suatu saat dunia pendidikan seperti dulu lagi. Entah sekolah negeri maupun swasta memiliki guru PNS. Agar tak ada kesenjangan antara sesama guru mengingat tugas dan beban yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun