Ular itu keluar kamar. Si Hitam mengikutinya.
"Ulo, terimakasih ya...!"
**
Si Hitam seperti biasa bermain bersama teman- temannya di tanah lapang di tengah hutan. Canda tawa membuat hatinya tenang dan senang. Lupa akan rasa sedihnya. Si Hitam hanya berharap dan berdoa, suatu saat saudara- saudaranya akan menyayanginya, seperti kata ibunya.
Sedang asyik- asyiknya bermain, tiba- tiba terganggu dengan kedatangan saudara si Hitam. Si Hitam menjadi kaget dan khawatir kalau saudaranya akan menyakiti temannya dengan ucapannya.
Saudara si Hitam tampak ragu mendekati si Hitam dan teman- temannya.
"Hitam, eemmmm... maafkan kami ya!"
Si Hitam mengangguk kemudian berbalik ke arah teman- temannya untuk bermain lagi.
"Eh... Hitam! Tunggu!" suara saudara tertua si Hitam bersuara lagi.
Si Hitam menghentikan langkahnya.
"Bolehkah kami bergabung bersamamu di sini...?"