Ketika mendengar anak diejek, dipukul atau perlakuan lain, tentu orangtua tidak terima. Dia ingin anak tersayangnya tak memiliki masalah dengan orang lain.
Ada baiknya utamakan pikiran dingin dulu. Tata hati. Jangan sampai emosi mengalahkan logika. Kita tanya baik- baik ke anak, apa yang menjadi penyebabnya. Jika tak puas dan masih penasaran dengan kejadian sesungguhnya, bolehlah orangtua mendatangi sekolah. Pastinya dengan kepala dingin. Jangan lontarkan kata- kata kasar. Hindari penyelesaian secara kontak fisik baik kepada anak atau warga sekolah lain.
Tanyakan kepada pihak sekolah tentang penyebab anaknya diperlakukan buruk dan sebagainya. Nanti sekolah akan mempertemukan anak dengan temannya yang bermasalah dengan anaknya. Jika terbukti salah, maka teman anaknya harus minta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi.Â
Ati segara
Bukan tidak mungkin ketika anak mengadu kepada orangtua, dia sendirilah yang berulah duluan, lalu untuk mencari aman, dia membuat- buat alasan. Sayangnya alasan itu malah menjelek-jelekkan temannya. Adakah anak yang seperti itu? Jawabnya ada.Â
Ketika melakukan cek dan ricek di sekolah, apabila pada akhirnya letak kesalahan ada pada anak sendiri maka sebagai orangtua harus berbesar hati, meminta maaf kepada anak beserta orangtua yang sudah diprasangkai buruk. Saling memaafkan saja, tanpa dendam. Harus punya ati segara atau hati seluas samudera dari semua pihak. Belum tentu yang buruk di pikiran seseorang selalu buruk, sebaliknya tak selamanya orang baik itu sempurna.
Secara umum anak tidak mendendam satu sama lain. Meski bertengkar, tak butuh waktu lama mereka akan berdamai lagi. Ada baiknya orangtua lebih bijak dan bisa belajar dari perilaku anak tersebut. Tak lucu bila orangtua malah mengajarkan dendam kepada anaknya. Bukankah orangtua harus memberi teladan yang baik bagi anak? Jangan sia-siakan kesempatan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H