Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulang Sekolah Anak Mengadu? Sebentar...

29 Oktober 2019   23:25 Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: id.theasianparent.com

Orangtua pasti menginginkan anak- anaknya bisa diterima oleh teman, masyarakat atau lingkungannya tanpa ada ejekan atau bully-an. Ejekan atau bully-an akan membuat anak stress dan berdampak buruk pada kejiwaan anak selanjutnya.

Ketika sudah masuk ke sebuah lingkungan sudah pasti anak harus siap bersosial. Berkomunikasi dua arah dengan baik. Komunikasi yang dibangun tersebut akan membuatnya lebih senang dan bersemangat dalam melakukan sesuatu.

Namun anak juga manusia, selalu ingin tampil beda dan mendapat perhatian lebih. Baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Anak akan bangga bila secara keseluruhan bisa memperhatikannya. Akan tetapi anak terkadang tak menyadari bahwa tingkah laku, cara bicara, penampilan mereka selalu disoroti orang lain. Akibatnya anak ada yang dicap nakal, pintar, sholih atau berandalan.

Berkaitan dengan perilaku anak tersebut, ada baiknya orangtua lebih jeli untuk mendidik anak- anaknya. Orangtua memang berperan lebih besar dalam pembentukan karakter anak. Nah sebagai orangtua maka sudah seharusnya memperhatikan ucapan, cerita, aduan apapun dari anak. Namun orangtua perlu berhati- hati juga. Terkadang tak semua ucapan anak itu dikatakan sesuai kenyataan. Mengapa saya mengatakan itu?

Belum pas menggunakan kata yang tepat

Saya menjadi teman belajar di sebuah sekolah meski belum terlalu lama. Saya mendapatkan pengalaman bahwa anak terkadang belum bisa mengomunikasikan dengan baik, hal apa yang dialaminya. Anak bisa saja salah menempatkan atau mempergunakan kata.

Begini, sekolah kami pernah didatangi oleh seorang bapak siswa bernama A. Beliau menyatakan protes ke pihak sekolah karena anaknya bercerita kalau "dikruyuk" ---dikeroyok--- teman- temannya padahal anaknya tidak bersalah. 

Kami tahu bahwa para siswa tidak pernah mengeroyok anak itu. Ternyata maksud si anak, dia bilang kalau "dikruyuk", kalau dialihbahasakan ke bahasa Indonesia, artinya dikerumuni bukan dikeroyok. Itu satu contoh bahwa anak belum pas menggunakan kata yang tepat untuk peristiwa yang dialaminya.

Ada juga seorang bapak- bapak, paman seorang siswa, tiba- tiba marah kepada para guru karena keponakannya dipukul temannya. Beliau mengancam bahwa akan dilaporkan ke pihak dinas. Padahal si anak memang tingkah polahnya tak karuan. Saking hiperaktifnya dalam bermain, si anak membentur dinding. 

Yang lebih parah ketika terjadi perseteruan anak yang akhirnya mengakibatkan orangtua saling bermusuhan. Hal ini sering terjadi. Orangtua melabrak sesama orangtua karena ulah anak.

Cek Ricek dan Tata Hati

Ketika mendengar anak diejek, dipukul atau perlakuan lain, tentu orangtua tidak terima. Dia ingin anak tersayangnya tak memiliki masalah dengan orang lain.

Ada baiknya utamakan pikiran dingin dulu. Tata hati. Jangan sampai emosi mengalahkan logika. Kita tanya baik- baik ke anak, apa yang menjadi penyebabnya. Jika tak puas dan masih penasaran dengan kejadian sesungguhnya, bolehlah orangtua mendatangi sekolah. Pastinya dengan kepala dingin. Jangan lontarkan kata- kata kasar. Hindari penyelesaian secara kontak fisik baik kepada anak atau warga sekolah lain.

Tanyakan kepada pihak sekolah tentang penyebab anaknya diperlakukan buruk dan sebagainya. Nanti sekolah akan mempertemukan anak dengan temannya yang bermasalah dengan anaknya. Jika terbukti salah, maka teman anaknya harus minta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi. 

Ati segara

Bukan tidak mungkin ketika anak mengadu kepada orangtua, dia sendirilah yang berulah duluan, lalu untuk mencari aman, dia membuat- buat alasan. Sayangnya alasan itu malah menjelek-jelekkan temannya. Adakah anak yang seperti itu? Jawabnya ada. 

Ketika melakukan cek dan ricek di sekolah, apabila pada akhirnya letak kesalahan ada pada anak sendiri maka sebagai orangtua harus berbesar hati, meminta maaf kepada anak beserta orangtua yang sudah diprasangkai buruk. Saling memaafkan saja, tanpa dendam. Harus punya ati segara atau hati seluas samudera dari semua pihak. Belum tentu yang buruk di pikiran seseorang selalu buruk, sebaliknya tak selamanya orang baik itu sempurna.

Secara umum anak tidak mendendam satu sama lain. Meski bertengkar, tak butuh waktu lama mereka akan berdamai lagi. Ada baiknya orangtua lebih bijak dan bisa belajar dari perilaku anak tersebut. Tak lucu bila orangtua malah mengajarkan dendam kepada anaknya. Bukankah orangtua harus memberi teladan yang baik bagi anak? Jangan sia-siakan kesempatan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun