Hujan... sudah lama tak menyirami tanah kami yang kini sudah banyak yang membara. Bahkan perputaran atau siklus terbentuknya hujan pun terganggu.
Para petinggi dan para sahabat kami yang tak paham sering menjelaskan bahwa petinggi sudah mengupayakan hujan buatan. Namun upaya itu tak berhasil jika situasi tak mendukung dan Allah tak menghendakinya.
**
"Dik, kamu pulang ke Jawa dulu. Biar kandungan dan junior kita sehat..." usul suamiku.
Aku merasa berat hati. Masa- masa kehamilanku yang pertama diuji dengan kabut asap pekat. Suamiku berminggu- minggu ikut berjibaku memadamkan karhutla.
Pulang tak tentu. Demi udara bersih di daerah kami. Meski hasil perjuangan suami dan para relawan yang membantu pemadaman kebakaran kurang maksimal, namun aku bangga padanya.
Aku akan setia menunggunya di rumah kami. Namun karena kabut asap tak kunjung hilang, sementara aku dalam keadaan berbadan dua, aku terpaksa menuruti usul suamiku.
**
Mendekati HPL buah hati kami lahir, suami yang masih berada di daerah karhutla mengirimkan kabar bahwa daerah kami sudah turun hujan. Air mata bahagia membasahi pipiku. Suami dan relawan serta BPBD terbantu oleh hujan.
Ya...hal yang kami rindukan di tanah karhutla tiba. Semoga Allah melimpahkan hujan yang berkah.
**