Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulung Gantung

23 September 2019   09:20 Diperbarui: 23 September 2019   10:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam saya diberi kabar suami bahwa di kecamatan tempat tinggal kami ada kasus bunuh diri lagi. Caranya dengan gantung diri. Kalau dihitung- hitung sudah ada tiga orang yang gantung diri, dalam waktu setengah bulan ini.

Orang pertama, ibu- ibu setengah baya. Dia ditemukan gantung diri di sebuah pohon nangka tak jauh dari rumahnya. Dia sempat meninggalkan sepucuk surat untuk keluarganya.

Dari cerita- cerita yang beredar, dia ada masalah dengan anak dan mantunya, perkara motor yang dilarikan si mantu. Tak ada kasus perselingkuhan suaminya yang menjadikan ibu- ibu itu nekat gantung diri.

Sehari kemudian di kecamatan sebelah juga ada kasus serupa. Dan terakhir, kemarin seorang nenek ditemukan gantung diri di kamarnya. Aksi nekat itu dilakukan ketika anak cucu baru menonton atraksi jathilan.

Sang nenek menderita sakit yang cukup lama sehingga diperkirakan karena dia putus asa, sakitnya tak kunjung sembuh. Akhirnya sang nenek ambil jalan pintas, mengakhiri hidupnya.

"Itu karena ada pulung gantung pasti..." ujar teman kantor saya yang masih percaya dengan hal- hal seperti tahayul.

"Ah... Saya kira bukan karena itu..." timpalku, menanggapi ujaran teman saya.

"Saya pernah melihat pulung gantung lho, bu..." cerita teman saya lagi.

Saya terkesima mendengar penuturan teman saya itu. Sedari kecil saya memang mendengar bahwa kalau ada pulung gantung, nanti akhirnya akan ada orang yang bunuh diri.

"Wujudnya api, bu. Di langit terlihat jelas..."

Saya jadi ingat lagi, kalau ingin menghalau pulung gantung maka para warga memukul kentongan. Kalau pulung gantung bisa terhalau maka tak akan ada korban bunuh diri.

Saya malah memperkirakan kalau api yang terbang di langit ketika malam hari, itu adalah benda langit yang akan jatuh dan menuju bumi. Kata ilmuwan meteor jatuh ke bumi. Di antara meteor-meteor itu ada yang terbakar habis di atmosfer.  Ada pula yang tidak terbakar habis dan mencapai permukaan bumi. 

Meteorit ---meteor yang sampai bumi--- itu jatuh dengan kecepatan tinggi dan bergesekan dengan atmosfir dan menimbulkan percikan api karena ada perubahan suhu.

"Mungkin itu benda langit, bu. Kita tak seharusnya percaya pada hal- hal tahayul seperti itu..."

"Tapi para warga tetap berpendapat seperti itu, bu..." sahut teman saya.

"Menjadi tugas kita sebagai orang yang bersekolah tinggi untuk memberikan keterangan yang benar..."

**

Malam hari selepas Shalat Isya. Saya bersama jamaah lainnya masih berkumpul di serambi masjid tua di kampung kami. Seperti biasa, setiap malam Jumat, ada pengajian. Ustadz Sueb, sesepuh kampung yang menjadi ilmu agamanya tinggi, siap menjawab semua pertanyaan para jamaah.

Di lingkungan warga kampung kami masih hangat membahas tentang pulung gantung dan bunuh diri di seputaran kecamatan mereka.

"Bagaimana pandangan pulung gantung dalam ajaran agama, pak Ustadz ?"

Ustadz Sueb memahami tentang pro kontra tentang pulung gantung.

"Orang yang nekat mengakhiri hidup, entah dengan cara apapun tidak diperbolehkan. Kalau ada yang mengaitkan dengan pulung gantung juga tidak pas..."

Para jamaah menyimak penjelasan Ustadz Sueb. 

"Orang nekat menyakiti diri hingga mengakibatkan kematian adalah perbuatan dosa besar. Bahkan kalau ada yang melakukannya maka jenazahnya tidak perlu disucikan atau dimandikan..."

Suasana masjid tua di kampung menjadi hening.

"Bisa jadi orang yang bunuh diri itu stress atau bahkan depresi. Banyak masalah atau penderitaan lainnya yang membuat putus asa. Coba ibu dan bapak perhatikan dari berita- berita, kebanyakan mereka yang bunuh diri itu karena sakit- sakitan, masalah ekonomi dan kejiwaannya sakit. Bermasalah dengan keluarga entah suami, istri, anak atau anggota keluarga lainnya..."

"Iya, Ustadz. Ibu- ibu di desa X melakukannya karena sering berselisih paham dengan mantunya. Bukan karena suami..." ujar bu Mangun.

"Yang kemarin, nenek sakit- sakitan dan putus asa..." sahut bu Iqom.

"Nah...itulah. Makanya kita perlu meningkatkan ibadah dan berhubungan baik dengan siapapun. Berbuat baik pada suami, istri, anak, tetangga, teman. Biar bisa berkomunikasi dengan baik. Kira- kira kalau kita melaksanakan itu semua, bagaimana hidup kita?"

Ustadz Sueb menyapukan pandangan ke arah para jamaah. Jamaah menjadi riuh. Saling berdiskusi dengan jamaah di sampingnya.

"Hidup menjadi nyaman, damai dan tenang, ustadz..."

"Iya. Nggak akan stress. Nggak depresi..."

"Nggak akan nekat bunuh.."

Ustadz Sueb tersenyum.

"Alhamdulillah. Bapak dan ibu sudah paham. Mari kita mulai menjaga komunikasi yang baik pada Sang Pencipta dan sesama. Berikan perhatian pada keluarga, apalagi kalau ada orangtua yang sakit- sakitan. Berikan kasih sayang padanya sehingga dia terhibur. Syetan pun akan mabur dari hatinya..."

**

Catatan: Pulung gantung adalah mitos yang berkembang di Gunungkidul. Pulung gantung berupa bola api yang menurut mitos akan menelan korban. Dari warga berkembang bahwa pulung gantung mengincar para warga yang imannya lemah dan menghadapi masalah pelik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun