Upaya untuk menciptakan masyarakat yang sehat, pemerintah memberikan imunisasi. Untuk kekebalan tubuh dan agar tidak mudah terserang penyakit tertentu.
Imunisasi diperuntukkan bagi balita ( sampai 9 bulan, sekarang sampai 2 tahun) dan anak SD sebagai imunisasi lanjutan.Â
Berikut adalah jadwal imunisasi anak usia sekolah dasar yang telah diatur oleh Kementerian Kesehatan (hellosehat.com)
Kelas 1 SD, diberikan imunisasi campak dengan waktu pelaksanaan setiap bulan Agustus dan imunisasi diphteria tetanus  (DT) setiap bulan November.
Kelas 2-3 SD, diberikan imunisasi tetanus diphteria (Td) di bulan November.
Sedangkan menurut Center for Disease Control and Prevention, jenis imunisasi anak lainnya yang juga sebaiknya dilakukan adalah (hellosehat.com):
Imunisasi flu yang bisa dilakukan ketika anak berusia 7-18 tahun yang mengalami flu setiap tahun. Jenis imunisasi ini merupakan imunisasi yang aman diberikan pada semua anak dengan kondisinya yang berbeda-beda.
Imunisasi Human Papilloma Virus, sudah bisa diberikan ketika anak perempuan berusia 11-12 tahun. Atau juga bisa diberikan saat anak mencapai usia 9-10 tahun, jika memang kondisi kesehatan anak memerlukannya. Untuk daerah Kulon Progo dan Gunungkidul dimulai sejak tahun 2017.
Imunisasi meningitis saat anak berusia 11-12 tahun. Namun imunisasi ini termasuk imunisasi khusus, sehingga harus dikonsultasikan dulu dengan dokter anak Anda.
Terlepas dari tujuan untuk menciptakan kesehatan masyarakat, kita tentu ingat sekali kenangan masa kecil ketika diimunisasi.Â
Ekspresi yang bermacam- macam dari para siswa. Mulai dari menangis histeris ketika petugas Puskesmas baru memarkir mobil di halaman sekolah. Sampai guru harus mengejar atau memegangi siswa agar tidak lari. Ada pula yang mencari aman, siswa bilang kalau tidak diperbolehkan diimunisasi oleh ibu.
Melihat dan merasakan disuntik memang rasanya ngilu. Meski kadang petugas Puskesmas sering menghibur kalau disuntik itu rasanya seperti digigit semut. Tetap saja tak menghalangi para siswa untuk menangis.
Dalam kegiatan pembelajaran sehari- hari bisa saja berulah dan membuat guru geleng kepala, tapi mengkeret ketika ada kegiatan imunisasi. Itupun tak kenal kelas. Bisa saja anak- anak kelas 1 lebih berani berhadapan dengan petugas Puskesmas dan jarum suntik. Sebaliknya, bisa juga anak kelas 5 dan 6 malah menangis tak karuan.
Menyaksikan dan menunggui para siswa yang bergiliran diimunisasi sungguh membuat saya juga terkenang zaman masih SD. Sembari tersenyum melihat ekspresi para siswa. Rasa takut disuntik pasti ada. Dulu ada teman yang bersembunyi di rumah warga sekitar sekolah demi lolos dari suntikan jarum untuk imunisasi.
Karena ekspresi para siswa ketika melihat petugas Puskesmas itu guru harus kreatif juga untuk merayu para siswa.Â
"Coba kamu lihat temanmu yang nangis itu, kira- kira lucu nggak?" begitu tanya seorang guru sambil menunjuk seorang siswa yang histeris. Hasilnya lumayan. Siswa bisa sedikit tenang. Guru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengajak siswa mengantri diimunisasi.
Apapun ekspresi mereka, kita berharap para generasi penerus bangsa bisa sehat, dan tentu berkarakter serta menjadi pemimpin yang kokoh dan beriman- bertakwa, membawa kemajuan negeri.
--
Sumber: hellosehat.com, liputan6, dan sumber lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H