Sherly tak segera merespon pesanku. Aku tahu kesibukannya. Diklat dua minggu sudah pasti persiapannya harus matang. Apalagi berkaitan dengan keprofesiannya sebagai pendidik.
Aku maklum saja. Yang penting dia beristirahat yang cukup dan tak melupakanku. Kuharap dia menyempatkan diri untuk membalas pesanku atau mengirimkan pesan untuk mengingatkan shalatku atau makanku. Sebagai obat kangenku.Â
Kusibukkan diri dengan memperdalam materi untuk menjadi instruktur demi membunuh rasa sepi karena tak ada respon dari Sherly. Bagaimanapun aku harus maksimal menjadi instruktur nantinya. Biar Sherly bisa bangga menjadi calon pendampingku. Hahaa...
Si pemalas bisa juga jadi "orang" dan mengalahkan Andro. Meski kemungkinan kemenanganku untuk mendapatkan hati Sherly hanya karena faktor keberuntungan dan kebetulan saja.
Kebetulan Sherly kesal dan sakit hati di saat dia baru saja mau melabuhkan hatinya di dermaga cinta Andro. Dan lagi, faktor keberuntunganku karena Sherly dan Andro masih saudara. Pantang untuk menikah.
Aku tersenyum dan bersyukur dengan kenikmatan yang dilimpahkan untukku. Kuharap jalan untuk membina rumah tangga bersama Sherly dimudahkan dan dilancarkan olehNya.
**
Setelah berjam- jam aku tak pegang HP, aku mengecek lagi HPku. HP menjadi begitu dekat denganku setelah aku dekat dengan Sherly. HP bisa lebih mendekatkanku dengannya.Â
Menyandang rasa rindu itu sungguh sakit dan nelangsa. Tak heran dalam dongeng zaman dahulu sampai ada Pangeran yang sakit- sakitan gara- gara rindu pujaan hati. Obatnya hanya bertemu dengan sang pujaan. Nah kalau zaman now, kalaupun tak ketemu langsung maka bisa saling telepon, kirim pesan atau video call.
Kubuka Hp, kuketikkan password bertuliskan nama SherlyAmanda. Terbukalah tampilan HP. Notifikasi WA masuk cukup banyak. Ternyata Sherly juga sudah membalas pesanku tadi.
"Mas jahat...!"
Sherly menyorot chatku terakhir. Aku tuliskan kalau aku tak janji untuk merahasiakan hubungan kami di lokasi diklat. Meski sebenarnya dalam hati kuaminkan prinsip Sherly. Demi profesionalitasnya dan aku.
Chat Sherly diikuti emo melet. Aku tertawa. Kubayangkan kalau Sherly di depanku dan menjulurkan lidahnya. Pasti lucu...
"Wihhh kok melet gitu. Jelek ah... Yang bagus tuh ini (emo wajah bermata hati) atau yang ini(emo sun jauh dengan pipi merona)... Gimana?"
"Nggak lucu! Aku ingin kamu profesional. Titik..."
Alhamdulillah, Sherly sedang online. Jadi dia langsung merespon pesanku.Â
Saat aku dan Sherly saling chat, jadwal untuk instruktur sebenarnya sudah ada. Akan tetapi tak ku beritahukan. Daripada bikin dia tambah panik. Kutahu kelas diklat Sherly SD 03, kutahu juga jadwalku di kelasnya.
**
Hari pertama di Villa Eden 1 Kaliurang.
Waktu Pembukaan Diklat agak molor karena check in para peserta diklat memang agak mundur juga.Â
Setelah check in dan mendapatkan kamar, Sherly sudah memberikan kabar kalau dia berada di kelasnya. SD 03. Panitia dan pihak kampus penyelenggara diklat sudah berada di ruangan.
Akan tetapi untuk menyingkat waktu, sebelum pembukaan, panitia sudah membagikan jadwal dan nama instruktur nasionalnya. Sherly memberi kabar lagi.
Kubayangkan di lokasi diklat ini akan dimulai drama demi drama antara aku dan Sherly, demi profesionalitas dan kenyamanan rangkaian diklat. Meski kurasa berat.
Aku sendiri hanya bercerita pada pak Widi atas kondisiku. Beliau ---yang tahu kalau Sherly diklat di lokasi yang sama---maklum dan tetap mendukung aku dan Sherly. Beliau percaya bahwa yang terjadi padaku dan Sherly adalah kebetulan dan yang pasti direncanakanNya. Beliau juga masih hafal betul tentang Sherly dan aku ketika masih menjadi mahasiswa pak Widi.
**
"Mas, nama mas ada di jadwal Kelas SD 03. Kita ketemu di kelas dong..."
Sherly mengkonfirmasikan jadwal diklatnya yang kebetulan dua materi dipegang aku bersama pak Widi.
"Iya. Gpp kan? Malah bisa ketemu kok. Kerja sambil pacaran...hahahaaa..."
Aku menggoda Sherly. Aku paling senang kalau menggodanya di saat dia panik. Namun reaksinya tak seperti yang kubayangkan.
"Pacaran apa? Kalau mas g sepakat dengan usulku kemarin, kita tak usah lanjutkan lagi rencana kita..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H