Padahal kita sebenarnya tak perlu menuhankan pemimpin meski harus dihormati. Artinya kalau pemimpin salah ya kita katakan dia salah, kita kritik dia dengan kritikan yang membuatnya menjadi benar.
Kedua, kita lebih mengutamakan kekayaan atau harta. Yang memprihatinkan adalah kita sibuk mencari dan menjaga harta. Bukan harta yang menjaga kita. Hidup tak tenang, tidur tak nyenyak karena memikirkan kalau harta benda rusak atau hilang. Kalau hati tak tenang seperti itu, pastilah kita belum merdeka.
Ketiga, kita belum merdeka karena memperturutkan hawa nafsu kita. Dan inilah yang paling berat. Kita tahu sebuah perbuatan itu salah tetapi tak kuasa melawannya. Misalnya kita tahu hukum mengganggu rumah tangga orang lain itu dosa tetapi tetap dilakukan. Memang orang jatuh cinta itu bisa membuat buta mata, buta hati dan tuli. Naudzubillah.
Memerdekakan jiwa pada diri manusia memang sulit. Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang tidak menuhankan manusia, harta dan hawa nafsu.
Meski sulit mewujudkan kemerdekaan pada jiwa kita, tetapi menghilangkan belenggu menuhankan manusia, harta, dan hawa nafsu bukanlah suatu hal yang tidak mungkin.Â
Kita berharap bahwa pada momentum HUT RI ke-74 ini negara Indonesia terus menjadi negara berdaulat, disegani negara lain, rakyat semakin sejahtera dan keadilan terwujud.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H