Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Berdamai

14 Agustus 2019   07:14 Diperbarui: 14 Agustus 2019   07:16 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: intisari.grid.id

Sebelumnya

Tak ada hal membahagiakan selain pertemuanku dengan Sherly. Namun kini kebahagiaanku bertambah lagi dan lebih berwarna setelah dua sahabatku berencana menikah, tiga minggu lagi. 

Ya Nita dan Andro akan menikah. Saat kuberbincang dengan Nita beberapa hari lalu, Nita sama sekali tak menyinggung rencana itu. Kukira malah mereka baru pedekate. Ternyata hubungan mereka sudah sangat dekat. Pantas saja beberapa hari yang lalu kulihat Nita dan Pipit, anak Andro, begitu dekat.

Sungguh, aku merasa memiliki kebahagiaan dobel. Bukan karena sainganku tak ada lagi. Bukan. Sudah bukan saatnya aku berpikir seperti ABG yang labil. Aku yakin dan mempercayai hati Sherly terus terjaga untukku. Meski dulunya Sherly begitu mengagumi Andro. Sedang aku sama sekali tak ada di pikiran Sherly.

RahasiaNya luar biasa. Untuk mempertemukan jodoh bagi makhlukNya, ada saja cerita indahnya. Penuh liku dan perjuangan. Justru itulah yang membuat lebih indahnya kisah manusia. Selain itu bisa mengingatkan pada manusia untuk selalu menjaga pasangannya hingga di masa tua dan bahkan sampai akhirat.

"Nita itu gurunya Pipit, anakku. Nita bisa telaten menghadapi Pipit. Jadi itulah, akhirnya hatiku luluh juga melihat kedekatan mereka..."

Andro menceritakan bagaimana dia bisa jatuh cinta pada Nita. 

"Alhamdulillah, Ndro. Ikut seneng dengernya. Sebenarnya aku juga merasa kaget juga dengan undangan kalian..."

"Mungkin itu yang namanya witing tresna jalaran saka kulina, Sang..."

Kemudian kami berbincang tentang masa- masa kuliah. Rasa cinta Andro untuk Sherly pun diceritakan oleh Andro. Aku juga tak keberatan. Toh aku sudah mengetahui kisah itu dari Nita. Dan lagi, itu hanyalah masa lalu. 

"Aku kurang sabar dan terlalu cemburu waktu itu..."

Andro tertawa.

"Ya itulah rahasia Allah. Ternyata aku diberi jodoh seorang Nita. Meski sebelumnya aku menikahi sepupuku dan merawat seorang putri..."

Memang rahasia Ilahi tak bisa ditebak manusia. Manusia tinggal menjalani garis hidup yang sudah ditetapkan kala ruh suci dihembuskan ke segumpal darah di rahim ibu.

"Kamu luar biasa, Ndro. Kalau tak ada luka di hati Sherly, pasti dia akan menerimamu..."

"Tak apa, Sang. Kalau itu terjadi sejak dulu, belum tentu kamu dapatkan hati Sherly kan. Hahaha..."

Aku ikut tertawa. Memang yang terjadi tak boleh disesali. Tak boleh ada kata " andai" atau "kalau" dan sejenisnya. Kata- kata itu akan membuka kesempatan setan untuk menguasai hati manusia.

"Oh iya. Undangan itu untuk kalian ya. Tak ada undangan sendiri- sendiri. Anggap itu sebagai doa kami untuk kelancaran menuju jenjang pernikahan kalian nanti..."

Aku mengaminkan doa dari Andro. Doa yang sama aku sampaikan kepada Andro. Semoga jalan menuju pernikahan yang suci dimudahkan, dilancarkan dan tak ada hambatan apapun.

"Kok kamu ke sini nggak ngajak Nita, Ndro?"

Penasaran juga melihat sahabatku itu ke kampus sendirian. Jadi meski sudah lama berbincang, baru saat ini kutanyakan.

"Dipingit, Sang..."

Andro tertawa. Kutahu itu bukanlah alasan yang sebenarnya. 

"Nita itu baik banget bagiku, Ndro. Kalau dia dulu tak marah- marah sama aku, aku nggak mungkin ngelanjutin kuliahku..."

Aku menceritakan jasa Nita bagiku. Andro mengernyitkan dahinya. Ada rasa penasaran yang tergambar di wajahnya.

"Maksudmu apa, Sang?"

"Bisa dikatakan dialah orang yang pertama kali memotivasiku buat nyelesein kuliah..."

"Oh...begitu..."

Aku merasa ada aroma cemburu dari ucapan Andro baru saja.

"Maksudku dulu dia marah sama aku. Gara- gara Sherly mangkel sama aku. Tahu sendiri kan aku males kuliah, padahal Sherly sudah memperhatikan aku. Tak peduli meskipun dia dibully sama teman- teman..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun