Andro tertawa.
"Ya itulah rahasia Allah. Ternyata aku diberi jodoh seorang Nita. Meski sebelumnya aku menikahi sepupuku dan merawat seorang putri..."
Memang rahasia Ilahi tak bisa ditebak manusia. Manusia tinggal menjalani garis hidup yang sudah ditetapkan kala ruh suci dihembuskan ke segumpal darah di rahim ibu.
"Kamu luar biasa, Ndro. Kalau tak ada luka di hati Sherly, pasti dia akan menerimamu..."
"Tak apa, Sang. Kalau itu terjadi sejak dulu, belum tentu kamu dapatkan hati Sherly kan. Hahaha..."
Aku ikut tertawa. Memang yang terjadi tak boleh disesali. Tak boleh ada kata " andai" atau "kalau" dan sejenisnya. Kata- kata itu akan membuka kesempatan setan untuk menguasai hati manusia.
"Oh iya. Undangan itu untuk kalian ya. Tak ada undangan sendiri- sendiri. Anggap itu sebagai doa kami untuk kelancaran menuju jenjang pernikahan kalian nanti..."
Aku mengaminkan doa dari Andro. Doa yang sama aku sampaikan kepada Andro. Semoga jalan menuju pernikahan yang suci dimudahkan, dilancarkan dan tak ada hambatan apapun.
"Kok kamu ke sini nggak ngajak Nita, Ndro?"
Penasaran juga melihat sahabatku itu ke kampus sendirian. Jadi meski sudah lama berbincang, baru saat ini kutanyakan.
"Dipingit, Sang..."