Pertanyaan itu lahir juga dari benaknya. Aku juga tak merasa keberatan jika dia bertanya seperti itu. Bukankah segala sesuatu memang perlu dikomunikasikan? Tak sekadar aku ingin ini terus dia manut seratus persen. Sherly bukanlah boneka. Dia perempuan cerdas yang membuat hatiku tercuri.
"Apa kamu meragukan aku, Sher?"
Aku balik bertanya kepada Sherly.Â
"Ada banyak hal yang belum kita bicarakan, mas..."
Aku diam. Kuberi kesempatan Sherly untuk mengeluarkan uneg- unegnya.
"Aku ingin pernikahan itu kekal, sampai ke surga..."
"Aamiin..."
Dari layar HP-ku kulihat Sherly tersipu.Â
"Aku belum selesai bicara, mas. Kok sudah diamini..."
Sherly tertawa kecil. Digelengkan kepalanya.Â
"Ya udah. Kamu lanjutkan bicaranya. Aku nyimak aja..."