Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nilai Lebih

10 Agustus 2019   05:45 Diperbarui: 10 Agustus 2019   05:47 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pict: cyberspaceandtime.com

Sebelumnya

Beberapa saat Nita terdiam. Dia tak merespon apa yang kukatakan baru saja. Mungkin aku juga yang keterlaluan menggodanya. Tak apa. Kuharap dia tak sakit hati atau sedih karenanya.

"Nit, kamu nggak apa- apa kan?"

Aku jadi merasa tak enak hati. Khawatir juga kalau malah membuat hati sahabat Sherly itu terluka. Sherly bisa protes dan marah padaku. 

Sesaat kemudian Nita tersenyum. Alhamdulillah. Aku menjadi lega. Aman dari kemarahan Sherly. Hahahah...

"Sherly nggak cerita ke kamu ya, Sang?"

"Cerita? Cerita apa...?"

Aku mencoba untuk mengingat apa saja yang dibicarakan maupun pesan Sherly. Sepertinya tak ada cerita yang menyangkut persahabatannya.

"Sherly itu sejak dulu mengamati kamu dan Andro..."

Aku masih paham dengan arah pembicaraan Nita. Adakah hati Sherly sebenarnya jatuh hati dengan Andro? Entahlah...

"Sherly sering membandingkan kalian berdua..."

"Aku dan Andro bagai langit dan bumi kan maksudnya?"

Aku menyahut pembicaraan Nita. Nita tersenyum misterius.

"Iya..."

Aku jadi tersenyum kecut. Pasti ada sesuatu di balik pembicaraan Nita kali ini.

"Aku cerita sesuatu, tapi kamu janji kalau tak mengubah perasaanmu ke Sherly. Oke..."

Kukatakan oke saja untuk mengetahui sesuatu yang dirahasiakan Nita. Entah tentang apa.

"Oke. Aku mulai ceritanya ya, Sang..."

Aku mulai menyimak cerita perempuan di depanku itu. 

"Kamu beruntung bisa mendapat kesempatan dekat dengan Sherly, Sang. Jadi calon pendampingnya itu luar biasa..."

Aku tertawa mendengarnya.

"Soalny dulu kamu nggak masuk itungan..."

Aku langsung terdiam mendengar ucapan Nita terakhir. Makjleb begitu. Sampai sebegitunya, aku tak masuk itungan lelaki idaman di kampus. Padahal aku tak buruk rupa. 

"Dulu yang dikagumi Sherly itu bukan kamu. Tapi..."

"Andro. Ya kan?"

Nita ganti tertawa. Diacungkan kedua ibu jarinya. Aku yang menjadi sebel sendiri. Sebel dengan masa laluku.

"Begitulah. Kamu malesan gitu sih..."

"Nggak apa- apa. Yang penting aku mendapat perhatian Sherly..."

"Iya. Perhatian sebagai teman saja. Tak lebih dari itu. Wong waktu itu dia sudah ditembak sama Andro. Tinggal nunggu waktu ngasih jawaban saja..."

Ah...ternyata begitu kisahnya. Berarti aku yang GR dulu. 

"Dia balik seratus delapan puluh  derajat setelah dibilang cewek gatel sama Andro. Ya...mungkin Andro waktu itu kurang sabar. Sherly belum ngasih jawaban tembakannya, eh Sherly ngajak temen- temen buat motivasi kamu. Ya udah... bubar rencana Andro..."

"Alhamdulillaah kalau begitu. Aku jadi punya kesempatan dekat sama Sherly kan?"

"Iya.. Iya. Kamu beruntung. Sudah kubilang dari tadi kan?

Bagiku masa lalu seperti itu tak perlu kubesar- besarkan. Toh dulu Sherly baru sekadar kagum. Belum jadian. Ah...aku jadi ingat. Sherly tak mau pacaran mungkin juga karena kisahnya dulu. 

"Baginya Andro yang dulu dikaguminya, nyaris menjadi calon pendampingnya, menjadi jelek banget di hati Sherly. Siapa sih yang mau dilabeli cewek gatel?"

"Ya nggak ada, Nit. Perempuan itu harus dihargai dan dimengerti. Dia adalah calon ibu bagi generasi bangsa. Tiang negara. Kalau ada yang salah dari perempuan ya dibenerin dengan pelan..."

"Iya, Sang. Dan kini kamu menjadi sosok yang dikagumi setelah tersesatmu di dunia perpancingan. Kamu bisa bangkit dan mengejar ketertinggalanmu. Itu nilai lebihmu..."

Aku hanya tertawa mendengar keterangan Nita. Aku punya nilai lebih bagi Sherly.

"Maknya Sherly bahagia banget bisa ketemu lagi denganmu di kampus. Jadi dosen lagi. Surprise banget buatnya dan buatku juga..."

"Hahaha... iya. Keberuntungan berpihak padaku, Nit. Itu juga karena dukungan Sherly dan kamu juga..."

"Aku...?"

"Iya. Kamu kan yang datang ke kosku terus marah- marah gegara Sherly sakit hati..."

Nita tampak kaget dengan ucapanku.

"Tumben kamu inget. Biasanya lupa..."

Aku tertawa lepas.

" Aku punya nilai lebih bagi Sherly ya, Nit?"

Kulihat Nita gemas dengan pertanyaanku baru saja. Memang dia baru saja cerita, kenapa aku tanyakan lagi. Itu bikin sebal pastinya.

"Oke. Tak perlu sebel gitu. Lalu gimana Andro sendiri bagi kamu?"

Aku mulai iseng menggoda Nita. Nita memukul lengan kananku dengan tasnya. Lumayan sakit juga. Hahah... Wajah Nita menjadi merah. 

"Kubantu jawab ya, Nit. Andro itu lelaki sosok baik. Mau merawat anak meski bukan darah dagingnya sendiri. Ah... satu lagi. Dia lulus kuliah Cumlaude dan tak lebih dari empat tahun. Itu nilai lebihnya kan?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun