Aku langsung terdiam mendengar ucapan Nita terakhir. Makjleb begitu. Sampai sebegitunya, aku tak masuk itungan lelaki idaman di kampus. Padahal aku tak buruk rupa.Â
"Dulu yang dikagumi Sherly itu bukan kamu. Tapi..."
"Andro. Ya kan?"
Nita ganti tertawa. Diacungkan kedua ibu jarinya. Aku yang menjadi sebel sendiri. Sebel dengan masa laluku.
"Begitulah. Kamu malesan gitu sih..."
"Nggak apa- apa. Yang penting aku mendapat perhatian Sherly..."
"Iya. Perhatian sebagai teman saja. Tak lebih dari itu. Wong waktu itu dia sudah ditembak sama Andro. Tinggal nunggu waktu ngasih jawaban saja..."
Ah...ternyata begitu kisahnya. Berarti aku yang GR dulu.Â
"Dia balik seratus delapan puluh  derajat setelah dibilang cewek gatel sama Andro. Ya...mungkin Andro waktu itu kurang sabar. Sherly belum ngasih jawaban tembakannya, eh Sherly ngajak temen- temen buat motivasi kamu. Ya udah... bubar rencana Andro..."
"Alhamdulillaah kalau begitu. Aku jadi punya kesempatan dekat sama Sherly kan?"
"Iya.. Iya. Kamu beruntung. Sudah kubilang dari tadi kan?