Bagiku masa lalu seperti itu tak perlu kubesar- besarkan. Toh dulu Sherly baru sekadar kagum. Belum jadian. Ah...aku jadi ingat. Sherly tak mau pacaran mungkin juga karena kisahnya dulu.Â
"Baginya Andro yang dulu dikaguminya, nyaris menjadi calon pendampingnya, menjadi jelek banget di hati Sherly. Siapa sih yang mau dilabeli cewek gatel?"
"Ya nggak ada, Nit. Perempuan itu harus dihargai dan dimengerti. Dia adalah calon ibu bagi generasi bangsa. Tiang negara. Kalau ada yang salah dari perempuan ya dibenerin dengan pelan..."
"Iya, Sang. Dan kini kamu menjadi sosok yang dikagumi setelah tersesatmu di dunia perpancingan. Kamu bisa bangkit dan mengejar ketertinggalanmu. Itu nilai lebihmu..."
Aku hanya tertawa mendengar keterangan Nita. Aku punya nilai lebih bagi Sherly.
"Maknya Sherly bahagia banget bisa ketemu lagi denganmu di kampus. Jadi dosen lagi. Surprise banget buatnya dan buatku juga..."
"Hahaha... iya. Keberuntungan berpihak padaku, Nit. Itu juga karena dukungan Sherly dan kamu juga..."
"Aku...?"
"Iya. Kamu kan yang datang ke kosku terus marah- marah gegara Sherly sakit hati..."
Nita tampak kaget dengan ucapanku.
"Tumben kamu inget. Biasanya lupa..."