Aku hampir tersedak ketika Nita bercerita kalau Andro sudah bicara dengan ayah Sherly. Aku kalah start ternyata. Kalau dipikir ya aku sendiri yang salah, aku begitu malas dulu. Jadi kalau Andro nyolong start kukira tak ada yang salah.Â
Tapi sebagai calon pendamping Shery, aku juga perlu tahu juga kisah mereka. Masalahnya Sherly juga tak mau cerita tentang Andro. Atau mungkin memang belum waktunya. Sherly sendiri juga punya kesibukan. Selepas mengajar, dia memberikan les ke anak- anak di kampungnya, gratis.
"Beramal saja, mas. Tak mungkin kan mengejar materi terus..."
Sherly memberi keterangan atas aktivitas yang menyita waktu tapi tanpa memikirkan materi. Itulah yang membuatku semakin klepek- klepek sama Sherly.Â
**
"Kamu pasti penasaran bagaimana reaksi Sherly kan, Sang?"
Nita menanyakan hal itu seakan bisa membaca pikiranku. Aku tersenyum, kuhilangkan prasangka buruk yang sempat membayang di otakku.
"Dia masih kesal dengan Andro. Jadi dia menolak lamaran Andro. Bapaknya Sherly sendiri menyerahkan keputusan di tangan Sherly. Prinsipnya yang menjalani rumah tangga kan Sherly, jadi dia yang mengambil keputusannya..."
Aku lega mendengar penuturan Nita. Ternyata hatinya tak tercuri oleh Andro. Nita tersenyum. Kukira dia menebak isi kepalaku lagi. Ah...biarlah!
"Tapi kasihan juga sama Andro, Sang..."