Di suatu sore, sekitar rumah diliputi asap yang lumayan menyesakkan dada.Â
"Ibu, ini asapnya dari mana?"
Anak pertama saya bertanya.
"Dari sampah yang dibakar, ndhuk..."
"Pas di sekolah bu guru menjelaskan kalau kita nggak boleh bakar sampah, kenapa ibu membakar sampah?"
Saya tersenyum. Ternyata dia sangat memperhatikan penjelasan gurunya. Penanaman karakter ---oleh gurunya--- saya nilai berhasil.
"Ndhuk, yang bakar sampah bukan ibu. Kamu tahu kan kalau ibu baru saja pulang, habis jemput adik..."
**
Dari percakapan saya dan anak pertama saya sungguh mengandung banyak pesan bagi para orangtua, guru dan siapapun, termasuk pemangku kebijakan tentang kualias udara.
Kita sebagai orang dewasa terkadang sibuk memberikan nasehat ini itu kepada buah hati atau siswa. Kita lupa bahwa teladan itu lebih penting dan utama dari ribuan nasehat.
Anak adalah sosok peniru yang ulung dari tingkah laku orang dewasa. Karenanya sebagai orang dewasa, kita perlu berhati- hati dalam melakukan segala aktivitas. Termasuk aktivitas menjaga kebersihan atau kualitas udara di sekitar kita.
Udara yang bersih atau berkualitas tentunya memiliki kriteria tertentu. Kualitas udara paling baik jika memenuhi kriteria: tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. (http://iku.menlhk.go.id/)
Untuk menciptakan kualitas udara yang baik bisa diusahakan dari hal- hal kecil. Hal kecil itu bisa menjadi teladan yang bagus bagi anak- anak.Â
Pertama, orangtua, guru dan masyarakat harus bijak dalam menyikapi masalah sampah. Sampah bisa dipisahkan antara sampah yang bisa diuraikan maupun tidak.Â
Kedua, ketika melakukan perjalanan dalam jarak dekat lebih baik berjalan kaki atau bersepeda. Tentu ini akan menyehatkan tubuh. Tubuh yang aktif bergerak akan lebih sehat daripada yang selalu bergantung pada kendaraan ketika pergi ke manapun.
Berkaitan dengan kendaraan bermotor, ada baiknya pemangku kebijakan mengeluarkan kebijakan mengenai pembatasan jumlah kendaraan bermotor. Mengingat kendaraan bermotor menyumbangkan angka yang tinggi dalam menghasilkan udara yang buruk.
Ketiga, membuat taman sederhana ---taman bunga atau bisa taman sayur dan buah--- dan merawatnya --- baik di lingkungan rumah atau sekolah---. Dengan adanya taman ini maka hasil dari fotosintesis akan menghasilkan Oksigen. Semakin banyak tanaman yang dibudidayakan maka oksigen semakin banyak dan menyebabkan kualitas udara semakin baik pula.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H