Zia merasa jengah. Seharusnya dia merasa bahagia, seminggu lagi akan berangkat refreshing ke Bali bersama teman kerjanya. Akan tetapi calon suami Zia, Aji, menentang rencana piknik tersebut.
" Itu rencana sudah lama, mas. Masa hanya karena ada berita kecelakaan tenggelamnya kapal motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba aku harus menggagalkan kepergianku..."Â
Zia memprotes Aji yang mencoba menghalangi kegiatannya.
" Aku tu khawatir, dik. Kita tinggal menghitung hari mau akad nikah lho..." Aji menyampaikan uneg-unegnya.
" Insyaallah perjalananku dan teman-teman lancar dan selamat, mas. Mas Aji doakan Zia ya..."
Zia tetap pada pendiriannya. Dia ingin mewujudkan keinginannya ke Pulau Dewata itu. Selama ini Zia hanya melihat keindahan Bali dari surat kabar, televisi maupun internet. Sehari sebelum Zia berangkat, Aji masih menyampaikan protes meskipun hanya lewat pesan WA.Â
" Ibu dan bapak nggak setuju kamu piknik, dik. Itu bukan hari baik buat bepergian..."
Zia membaca pesan Aji dengan tersenyum lucu. Dia sama sekali tak percaya pada ramalan atau itungan dina ---hitungan hari--- yang berhubungan dengan dina apik ---hari baik--- atau tak baik. Baginya semua hari itu baik dan itu sudah ditanamkan oleh orangtuanya. Sedangkan keluarga calon suaminya masih percaya itungan dina tadi.
" Sudahlah, mas Aji. Percaya deh sama Allah. Allah menciptakan dunia seisinya dengan segala manfaatnya. Begitu juga hari. Semua hari diciptakan baik... Kalau ada hal buruk terjadi pada hari tertentu pasti bukan karena harinya yang nggak baik"
" Kalau aku percaya semua hari itu baik, dik. Aku cuma khawatir kalau terjadi apa-apa denganmu. Tuh lihat berita tentang pencarian korban tenggelamnya kapal di Danau Toba. Ngeri dik kalau terjadi seperti itu..."
" Makasih, mas. Mas aji mengkhawatirkan aku. Berarti mas Aji bener-bener menyayangi aku. Makasih ya..."