Malam Minggu ini Husna bersama ayahnya. Aku belum mengaminkan untuk diajak ke rumah keluarga mertuaku. Aku tak tahu, aku masih pantas menyebutnya mertua ataukah tidak. Aku tak begitu memikirkannya.Â
Menikmati malam Minggu sendirian, tanpa Husna sudahlah biasa. Tak apa. Toh aku harus mengutamakan kebahagiaan Husna. Dia adalah prioritas dalam hidupku.
Ketika aku hendak merapikan meja belajar Husna, mataku terantuk pada sebuah kertas bergambar boneka lucu. Ada tulisan khas Husna yang belum begitu rapi.
Kuambil kertas itu. Aku merasa penasaran dengan kertas itu. Aku duduk di kursi yang biasa digunakan Husna untuk belajar setiap malam.
Kubaca tulisan Husna itu.
Nenekku yang cantik, tau nggak nek wajah ayah mirip sama nenek. Artinya ayahku ganteng. ^_^
Aku senang, nek. Setiap Sabtu bisa bermain bersama kakek, nenek dan ayah di rumah nenek.Â
Tapi nek, kalau aku mau tidur, aku teringat ibuku. Dia sendirian, nek. Kasihan ibu. Tapi ibu kuajak ke rumah nenek juga tak mau.~_~
Aku pernah bertanya sama ibu, "Mengapa,bu? Apa kakek dan nenek jahat sama ibu? Atau ayah yang jahat?"
Nek, mendengar pertanyaanku itu ibu tersenyum. Senyumnya cantik sekali, nek.
"Husna, kakek dan nenek nggak jahat sama ibu. Ayah juga nggak jahat..."