"Husna, ibu sudah punya Husna yang selalu ibu sayang. Jadi.. "
"Tapi, bu. Sini deh. Kemarin aku merekam ayah pas nyanyi ini. Kata ayah, itu buat ibu..."
Kudekati Husna yang mau menunjukkan sesuatu di HPnya. Dia memutar rekaman, ah... bukan. Dia memutar video ayahnya yang nyanyi di samping Husna. Mungkin kemarin merekamnya, ketika dia diajak ke rumah ayahnya.
Hatiku menjadi teriris mendengar lagu itu kembali dinyanyikannya. Lagu kenangan yang sering dinyanyikannya untukku ketika kuliah dulu.Â
Aku tak kuasa untuk menahan rasa sakit dan pedih. Aku beranjak dari taman. Aku menuju kamar.Â
"Ibu istirahat dulu ya, Husna. Kalau kamu mau main, nggak boleh jauh-jauh..."
Kutinggalkan Husna sendirian. Ya... demi menjaga Husna. Aku tak mau putriku itu melihatku meneteskan air mata. Cukuplah dia tahu bahwa aku adalah ibu yang kuat, tak cengeng dan menyayanginya.Â
**
Suara adzan Dhuhur terdengar. Sayup-sayup kudengar pintu kamar diketuk. Husna memanggilku.Â
Husna memang kubiasakan untuk berbuat sopan kepada orang tua atau orang yang dituakan. Salah satunya kalau mau masuk kamar ibunya, dia harus mengetuk pintu dulu dan bilang permisi.Â
Aku bangkit dari tempat tidurku. Kudekati pintu kamar dan kubuka. Husna berdiri di depan pintu.