Namun yang kutemui dan kulihat, bapak menangis karena akan melepaskanku untuk menikah. Ya mungkin saat itu bapak teringat beban berat yang dipikulnya untuk membesarkan kami. Tanpa simbok. Tanpa berpikir untuk menikah lagi. Padahal banyak perempuan, janda maupun perawan, yang bisa dipilihnya untuk dijadikan istri baru.Â
Saat itulah kusadar bahwa bapak memang laki-laki yang luar biasa. Hanya dia tak bisa menunjukkan kasih sayang sebagaimana mestinya. Kesetiaan bapak kepada simbok membuatku sangat bersyukur.Â
Kuberanikan diri masuk kamar bapak. Bapak masih menangis dan begitu kaget ketika menyadari aku sudah berada di kamarnya. Buru-buru bapak menghapus linangan air matanya. Aku bantu menyeka air mata lelaki yang kusebut bapak itu. Kedua tangan bapak merengkuh tubuhku.Â
"Jadilah perempuan yang baik seperti simbok ya, ndhuk. Pasti suamimu nanti akan menjaga hati selamanya. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H