Aku takjub melihat gadis itu. Pangling tepatnya. Selama kukenal dia, rambut selalu terlihat. Kini telah ditutupi jilbab. Kalaupun berjilbab hanya dilakukan ketika ada kegiatan di masjid kampus.Â
Kusambut Asih. Kupeluk dia. Kami tersenyum bahagia.Â
*
"Selamat ya, Ra. Kamu sudah dipinang sama mas Syafri. Semoga lancar sampai hari H dan sakinah mawaddah warahmah. Menjadi jodoh dunia akhirat ".
Aku terkesima dengan ucapannya. Tak kudengar rasa marah atau putus asa dari suaranya. Wajahnya pun cerah. Kutatap wajah teduh itu.Â
"Ra, kamu sahabat terbaikku. Kamu bahagia, aku juga bahagia". Digenggamnya tanganku untuk meyakinkan bahwa tak ada luka di hatinya. Meyakinkan bahwa kutak perlu merasa takut dan bersalah.Â
"Tapi, Sih..."
"Stttt... sudah, Ra. Percayalah, aku tak mungkin merampas kebahagiaan kalian. Aku percaya jika jodoh sudah diatur Sang Kuasa. Jadi kalau orang yang kukagumi bahagia bersama pilihannya, aku tak boleh bersedih..."
Air mata mengalir di kedua pipiku. Melihat ketegaran sahabatku itu.Â
"Kau sahabatku, Ra. Kau selalu mendukungku di saat kujatuh. Kini aku ganti yang dukung kebahagiaanmu".