Akhirnya rombongan keluarga mas Syafri meninggalkan rumah kami. Pastilah di sepanjang perjalanan, hati mereka masih diliputi perasaan dan pikiran yang bermacam-macam.Â
Kedatangan mereka yang begitu tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu membuatku shock. Ya... mereka melamarku di saat aku telah menghentikan harapanku yang telah kutitipkan pada Ilahi.Â
Keputusanku pun akhirnya juga bukan langsung mengiyakan atau menolaknya. Tetanggaku bilang sih keputusan fifty-fifty.Â
Aku memang perlu banyak waktu untuk beristiharah dalam menentukan keputusanku. Aku hanya meminta waktu seminggu untuk menenangkan diri. Selama itu pula Mas Syafri kularang menghubungiku atau mempertanyakan apapun dan kepada siapapun. Jika Allah mempertemukan lagi setelah seminggu kedatangannya maka Allah memang menjodohkan kami berdua.
**
Aku tak mengkhawatirkan jika memang akhirnya aku dijauhkan dari Mas Syafri. Jika terjadi seperti itu maka artinya aku memang tak berjodoh dengannya.Â
Namun jika jodoh maka dengan sendirinya akan ada tanda dari Nya. Aku hanya perlu dekat denganNya untuk mendapatkan jawaban.Â
**
Seminggu berlalu. Aku tak terlalu memikirkan Mas Syafri akan kembali menanyakan kesediaanku untuk mendampinginya ataukah tidak.Â
Aku kembali ke kampus setelah mendapatkan data penelitian untuk keperluan skripsi. Suasana kampus masih seperti dulu. Taman yang teduh dan sejuk terasa.
Aku menuju kantor dosen. Ya... aku mau konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi.Â