Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Kembali yang Menjadi Jawabnya

26 Mei 2019   00:41 Diperbarui: 10 November 2019   00:59 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bunga24.com

Akhirnya rombongan keluarga mas Syafri meninggalkan rumah kami. Pastilah di sepanjang perjalanan, hati mereka masih diliputi perasaan dan pikiran yang bermacam-macam. 

Kedatangan mereka yang begitu tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu membuatku shock. Ya... mereka melamarku di saat aku telah menghentikan harapanku yang telah kutitipkan pada Ilahi. 

Keputusanku pun akhirnya juga bukan langsung mengiyakan atau menolaknya. Tetanggaku bilang sih keputusan fifty-fifty. 

Aku memang perlu banyak waktu untuk beristiharah dalam menentukan keputusanku. Aku hanya meminta waktu seminggu untuk menenangkan diri. Selama itu pula Mas Syafri kularang menghubungiku atau mempertanyakan apapun dan kepada siapapun. Jika Allah mempertemukan lagi setelah seminggu kedatangannya maka Allah memang menjodohkan kami berdua.

**

Aku tak mengkhawatirkan jika memang akhirnya aku dijauhkan dari Mas Syafri. Jika terjadi seperti itu maka artinya aku memang tak berjodoh dengannya. 

Namun jika jodoh maka dengan sendirinya akan ada tanda dari Nya. Aku hanya perlu dekat denganNya untuk mendapatkan jawaban. 

**

Seminggu berlalu. Aku tak terlalu memikirkan Mas Syafri akan kembali menanyakan kesediaanku untuk mendampinginya ataukah tidak. 

Aku kembali ke kampus setelah mendapatkan data penelitian untuk keperluan skripsi. Suasana kampus masih seperti dulu. Taman yang teduh dan sejuk terasa.

Aku menuju kantor dosen. Ya... aku mau konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi. 

Agak lama juga ku menunggu dosenku tercinta. Tak janjian dan komunikasi. Maklumlah HPku hilang. Kembali ke masa 90an, orang-orang tak membawa alat komunikasi kemanapun. Santai tapi kalau dalam kondisi genting ya memang bikin tidak sreg dan kalang kabut. 

*

"Aku pasrah jika tak pernah bertemu denganmu lagi, dik." 

Tanpa sengaja aku bertemu mas Syafri di perpustakaan daerah. Aku teringat lebih dari seminggu aku meminta waktu untuk berpikir, menerima lamarannya atau tidak. 

Saat itu aku nekat memberikan syarat yang berat. Aku tak mau bertemu dengannya sampai Allah-lah yang mempertemukan kami tanpa alat komunikasi. Aku belum berniat membeli HP baru setelah HP yang selalu menemaniku hilang.

Dan kini ku dipertemukan kembali dengan orang yang sejak dulu kukagumi. Hatiku berdebar. Mungkin inilah jawaban dari Allah untukku dan Mas Syafri. Wajah sumringahnya terlihat jelas di mataku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun