Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengajar Itu Mudah, yang Sulit...

25 April 2019   06:27 Diperbarui: 25 April 2019   06:56 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : mamikos.com

Mengajar selama empat belas tahun, bukanlah waktu yang sebentar. Beragam masalah, baik berkaitan dengan kesejahteraan guru maupun kinerja pasti dihadapi oleh semua guru. Termasuk pelaksanaan mengajar di sekolah. 

Tetapi ada yang kurang dipahami oleh masyarakat bahwa tugas guru bukan hanya mengajar. Ada tugas yang lebih berat dari guru yaitu mendidik. Kenapa? Ketika mentransfer ilmu pengetahuan maka dia juga memberikan arahan terhadap tingkah laku siswa agar lebih berkarakter. 

Namun dalam kenyataannya mengajar dan mendidik guru menghadapi kesulitan yaitu menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa. 

Kegiatan Mengajar

Kalau misalnya saya ditanyai, sebagai guru apakah mengajar itu mudah?  Tentu saya akan berpendapat bahwa mengajar itu mudah. Mengapa? Mengajar itu hanya transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Jadi menurut pengertian ini makai tujuan dari kegiatan belajar adalah agar siswa mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Tidak lebih. 

Jika hal ini dipahami maka mengajar merupakan aktivitas yang paling mudah bagi guru. Guru menyampaikan materi, kemudian siswa paham ---dengan tingkatan yang berbeda---sehingga jika nantinya siswa kurang paham dan nilainya kurang dari KKM, guru tinggal melakukan remedial bagi siswa yang bersangkutan. 

Mendidik Siswa

Ada yang lebih sulit dalam melakukan kegiatan sesuai profesi guru yaitu mendidik siswa. Aktivitas ini guru jelas tak sekadar mentransfer ilmu pengetahuan.

 Namun guru memberikan didikan tentang benar salah, kejujuran, atau memberikan dan mengembangkan karakter siswa yang positif. Apa saja karakter yang diharapkan dimiliki para siswa? 

Religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Pada masing-masing karakter pastinya terdapat indikator yang harus dipenuhi. Pembentukan karakter siswa sebenarnya sudah berawal dari pendidikan di lingkungan keluarga karena memang di keluargalah pendidikan awal yang diterima seorang anak. 

Karakter yang sudah tumbuh tersebut nantinya akan lebih diarahkan oleh guru di sekolah. Kita harus ingat bahwa keberhasilan pendidikan adalah tanggung jawab banyak pihak, baik keluarga, sekolah (guru)  dan lingkungan. Ketiganya ---tri pusat pendidikan---bahu membahu untuk menyukseskan jalannya pendidikan nasional. 

Pembentukan dan pengembangan karakter itu tak mudah dan membutuhkan waktu dan proses yang sangat lama. Bahkan bisa dikatakan berlangsung sepanjang hayat. Keluarga, guru dan masyarakat serta pemangku kebijakan pendidikan tidak bisa buru-buru untuk mendidik siswa dan menghasilkan siswa yang berkarakter. 

Memberikan Motivasi Belajar dan Karakter

Guru yang bertugas mengajar dan mendidik pastinya menghadapi permasalahan dalam lapangan. Hambatan yang paling dikeluhkan guru adalah kurangnya greget atau motivasi siswa dalam belajar. 

Ketika belajar di kelas, siswa sibuk ngobrol, tugas tak segera diselesaikan. Bahkan siswa ada yang malas menulis. Ini bisa ditemui hampir di setiap sekolah. Saya sendiri juga cukup kewalahan menghadapi beberapa siswa yang ogah-ogahan menulis tugas. Tulisannya pun tak terbaca. 

Saya meminta siswa untuk pelan-pelan ketika menulis. Dari beberapa siswa yang tulisannya amburadul, satu siswa yang cukup dimotivasi sekali-dua kali dan tulisannya rapi. Namun beberapa siswa lainnya masih belum ada perubahan. 

Saya memberikan tugas ketika mereka belajar di rumah karena siswa kelas VI Try Out pun masih saja malas mengerjakannya. Padahal memang mereka harus diberi tugas itu agar selama empat hari belajar di rumah. Sekalian latihan menulis yang rapi bagi siswa yang tulisannya belum tapi. 

Lalu bagaimana hasilnya? Mereka memang mengerjakan tugas semua. Namun setelah saya teliti satu persatu tugas tersebut ada satu siswa yang pekerjaan atau tugasnya dituliskan kakaknya. Saya menagih janji anak tersebut karena sebelumnya dia berjanji akan berlatih menulis. Namun kenyataannya menulis tugas pun tetap tak mau. Duduk di kelas IV tapi tulisan tak terbaca. 

Cara Memotivasi Siswa

Memotivasi anak agar punya semangat belajar bukan perkara mudah. Harus ada usaha untuk merangsang greget belajar siswa baik membaca, menulis, menghitung. Semua pihak, baik keluarga, guru dan lingkungan perlu bersinergi.

Ada berbagai cara agar dapat mendongkrak semangat anak untuk belajar. Seringkali ketika anak disuruh belajar ---baik di sekolah maupun rumah---berbagai alasan sering dilontarkan oleh anak, seperti rasa capek maupun ingin istirahat sebentar. 

Anak malas ketika disuruh belajar karena bisa jadi mereka belum mengetahui apa sebenarnya manfaat dari belajar itu sendiri. Di sinilah orangtua, guru dan lingkungan harus memiliki berbagai cara agar dapat mendongkrak semangat anak untuk belajar. 

Anak-anak yang malas belajar dapat berubah jika guru sabar dan pantang menyerah dalam mengarahkan siswa. Orangtua dan lingkungan pun begitu. 

Berikut beberapa tips bagi guru dalam menghadapi anak---baik di rumah, sekolah dan lingkungan--- yang malas agar rajin belajar. Langkah atau cara ini bisa dicoba mulai dari sekarang. 

Guru menjelaskan makna belajar bagi siswa. Yaitu untuk meningkatkan potensi dalam hidupnya kelak serta sebagai sarana memudahkan dia dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Karena untuk mencapai cita-citanya kelak maka siswa harus berusaha dan dibantu guru dan orangtua serta lingkungan. Jika dalam diri siswa tak ada dorongan atau motivasi maka guru, orangtua dan lingkungan tidak bisa membantu terwujudnya cita-citanya kelak. 

Belajar tak hanya berorientasi pada nilai. Setiap siswa mempunyai skill dan kecerdasan pada bidang yang berbeda. Guru harus ingat bahwa siswa atau anak merupakan individu yang unik, tak bisa disamakan. Guru harus fokus pada perkembangan cara belajar anak Anda. Tanamkan pada siswa agar selalu bersemangat untuk meraih cita-cita. 

Guru perlu juga memberikan pemahaman kepada siswa bahwa selain tekun belajar, siswa bisa belajar mengenai akhlak, karakter atau perilaku yang baik, sesuai dengan norma yang berlaku. Jika ada anak pandai tapi nakal, durhaka pada orangtua maka ilmu yang diperoleh siswa akan sia-sia. 

Sebagai sosok yang harus bisa digugu dan ditiru memang guru memiliki memiliki beban yang berat. Namun dibekali niat untuk memajukan bangsa InsyaAllah akan diberikan kemudahan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun