Awalnya tebing ini adalah lokasi tambang batu breksi yang menjadi sumber pendapatan warga sekitar. Kemudian lokasi pertambangan ini bertransformasi menjadi sebuah objek wisata jogja yang banyak disukai oleh wisatawan.
Kami begitu menikmati refreshing di lokasi ini. Meski sebelumnya aku merasa ngeri menempuh perjalanan ke sana dengan berkendara sendiri. Aku tak begitu tahu medan menuju ke sana.Â
"Kenapa, Ra? Kok kamu berhenti?", tanya Fira. Fira sih orang sekitar lokasi. Jadi sudah biasa kalau menempuh jalan yang menanjak.Â
Teman lain pun jadi ikut berhenti.Â
"Sudah, motormu yang bawa aku saja. Kamu membonceng Tio sana...", Ali menawarkan diri untuk menolongku. Tapi kumerasa tak enak hati.Â
"Sudahlah. Tak apa...", Ali meyakinkanku.Â
***
Nyatanya meski aku membonceng Tio, rasanya aku takut melihat kanan kiri jalan. Kupejamkan mataku. Kalau kutahu medan ke sana menyeramkan, aku pasti tak ikut.Â
Selama melewati jalan menanjak itu aku pasrah. Tanganku menjadi dingin saking merasa takut. Tio meraih tanganku.Â
"Kamu pegangan aku juga gapapa, Ra. Sini..."
Aku merasa canggung, tapi mau bagaimana lagi. Terpaksa kedua tanganku melingkar di pinggang Tio. Aku jadi sadar. Ini pasti sudah direncanakan sama Tio.Â