Aku menatap layar HPku. Kulihat ada gambar hati di bawah pesan pertama Tio. Tiba-tiba saja Fira menyeret aku secara paksa.Â
"Apaan sih, Fir? Lepasin tanganku..."
Fira tak peduli.
"Sesekali kamu ikut foto berdua sama pak Widi. Masa kamu nggak pernah..."
"Kan nggak...", belum selesai aku ngomong, pak Widi mendekati kami.Â
***
Malamnya.Â
Kami menyiapkan perangkat untuk praktek mengajar esok hari. Kami sudah agendakan itu jauh-jauh hari. Namun aku sudah curi start dulu. Jadi sekarang aku nggak kelabakan seperti yang lain.Â
"Hei, kamu nggak bikin perangkat pembelajaran, Ra?", ucap Tio dengan ketus. Hmmm. Dia sudah kembali ke tabiatnya.Â
Aku tak menjawab pertanyaannya. Aku hanya bermain game aja. Mahasiswa rajin itu akan merasakan bahagia sepertiku. Ketika yang lain ribut dan mumet bikin perangkat pembelajaran, aku bisa leha-leha.Â
"Tadinya bilang nggak mau foto sama pak Widi, eh... ternyata bohong...", ucapnya pelan tapi begitu jelas terdengar di telingaku.Â