"Ya udah kalau kamu nggak mau. Ada penawaran lain dariku kalau kamu berkenan..."
Aku menjadi sedikit tersanjung dengan penawaran bosku itu. Pasti teman-teman akan iri kalau tahu.Â
"Penawaran apa tu, pak?"
"Minggu depan aku ke rumahmu dan meminangmu ya, mbak..."
Aku terkejut dan mencoba menerka keseriusan bosku itu. Aku tak sempat menanyakan lebih lanjut. Hatiku tak menentu. Untunglah ada saudaraku yang melambaikan tangan, pertanda aku harus mendekatinya. Akupun berlalu dari bosku, laki-laki berbatik biru itu.Â
***
Selesai acara walimahan mbak Intan, aku beristirahat. Kuhapus make up yang hampir seharian menutupi wajahku. Terus terang aku tak terbiasa dandan menor seperti hari ini. Segera kucari HPku di tas yang kuletakkan di kamar Budhe Ria, ibu mbak Intan.Â
Kubaca pesan-pesan yang masuk. Salah satunya dari bos-ku.Â
"Kutunggu jawabannya ya, mbak..."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H