" Yang benar, pak?" Tanya si putih.
" Coba Putih, kamu tanya pada ibu dan empat kakakmu kalau tak percaya...", Komentar bapak kelinci.
Si Putih memang salah satu anak yang tidak mudah percaya kalau diberitahu tentang sesuatu.
Setelah selesai makan, mereka ngobrol sampai larut malam.
" Sudah, anak-anak. Sekarang sudah malam . Waktunya kalian tidur...", Ibu kelinci mengingatkan si Putih dan saudara-saudaranya. Saudara si Putih masuk ke kamar masing- masing. Tetapi si Putih belum ke kamarnya.
" Kenapa, Putih? Kok kamu belum masuk kamar. Itu kakakmu sudah di kamar..."
" Sebentar, Bu..."
Si Putih segera ke kamar. Tetapi dia tak segera memejamkan matanya. Dia masih penasaran dengan kebun wortel yang dilihatnya tadi sore. " Sepertinya lebih segar dan manis dibandingkan wortel dari kebun ibu. Ahhhh...aku kepingin merasakan wortel itu...", Batin si Putih.
Si Putih mengendap-endap keluar kamar. Dia melihat ibunya sudah terlelap. Kalau bapak biasanya ke kebun wortel di belakang rumah. Bapak menyiapkan wortel yang akan dimakan untuk esok hari.
Si Putih dengan pelan keluar dari rumah. Dia menuju kebun wortel yang dilihatnya sore tadi. Dia sangat takjub dengan kebun itu. Terlihat subur. Pastilah kalau dipanen wortelnya sangat besar. Dia mengelilingi kebun wortel yang sangat luas itu. Tak ada pikiran dari si Putih untuk mencuri.
"Aku takkan mengambil wortel ini meski ingin menikmatinya. Kata bapak kalau mencuri itu dosa dan bisa masuk neraka...", Gumamnya.
Setelah puas mengelilingi kebun wortel itu, si Putih segera pulang. Tetapi di tengah perjalanan dia melihat seekor singa di bawah pohon besar. Dia sangat takut melihatnya. " Kata ibu, singa bisa memangsa kami setiap saat..."
Si Putih bersem bunyi di semak-semak yang tinggi, agar tubuhnya tak dilihat oleh singa. Tetapi lama sekali singa itu tetap di bawah pohon. Di balik remang-remang cahaya bulan, dia melihat singa itu tertimpa cabang pohon yang cukup besar. Tampaknya singa merasa kesulitan untuk memindahkan cabang pohon yang menimpanya. Perlahan si Putih mendekati singa.